Dikarenakan bangunan masjid sudah berumur ratusan tahun, ada bagian dari kayu jati yang berasal dari Kalimantan itu akhirnya mulai rapuh dan jatuh berserakan di sekitar lantai masjid.
Sirap itulah yang diyakini jika diambil dan dibawa pulang, bisa memberikan perlindungan karena sudah menjadi bagian dari para Wali Sanga yang rutin berdoa di masjid.
Padahal pada banyak kisah banyak orang justru sakit, setelah membawanya pulang tanpa izin.
“Gara-gara itu cerita masjid ini jadi banyak simpang siurnya, dulu kakek saya punya buku tebalnya. Turun temurun itu, tidak ada cerita kayak begitu,” kata seorang warga sekitar.
Para warga hanya bisa berharap kepada masyarakat yang datang untuk tidak mengotori Masjid Merah dengan niat buruknya.
Setiap pengunjung harus mematuhi adat setempat dan menghormati aturan para wali ketika beribadah di masjid.
Terlepas dari keberhasilannya di masa lalu, semua tak akan ada artinya bila Masjid Merah runtuh akibat tangan kita sendiri.
Biarkan bukti itu berdiri kokoh selamanya, agar anak cucu kita bisa dengan lantang memperkenalkan Indonesia sebagai negara yang terbentuk dari keberagaman.(ant/muu)
Load more