Belanja Masyarakat Tembus Rp248,1 Triliun saat Idul Fitri 2025, Airlangga Hartarto: Bantu Daya Ungkit Konsumsi
- tvOnenews.com/Taufik Hidayat
Jakarta, tvOnenews.com - Pemerintah mencatat lonjakan signifikan dalam konsumsi masyarakat selama periode Ramadhan hingga Idul Fitri 2025.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebut belanja masyarakat mencapai angka yang cukup besar dan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan konsumsi domestik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa perputaran uang dari konsumsi selama periode tersebut mencapai lebih dari Rp248 triliun.
Ia menilai, momentum hari besar seperti Natal, Tahun Baru, dan Idul Fitri terus menjadi penopang penting bagi daya beli masyarakat.
"Belanja saat Ramadhan itu kelihatan naik di angka Rp248,1 triliun. Jadi natal, tahun baru, dan Ramadhan membantu daya ungkit daripada konsumsi kita," kata Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, di Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Airlangga menekankan bahwa konsumsi masyarakat masih menjadi penggerak utama ekonomi nasional, terutama saat dunia menghadapi ketidakpastian global.
Stabilitas sektor konsumsi menjadi sinyal positif dalam menjaga daya tahan ekonomi dalam negeri.
Ia menjelaskan bahwa indikator ekonomi nasional tetap menunjukkan optimisme di tengah gejolak global.
Salah satunya terlihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat melemah namun kini berangsur menguat.
Sementara itu, kurs rupiah juga masih terjaga stabil, meski ada tekanan nilai tukar. Airlangga menilai, dibandingkan sejumlah negara lain, posisi rupiah tetap dalam kondisi lebih baik.
"Nilai tukar rupiah juga relatif terjaga, walaupun ada pelemahan tetapi kalau kita bandingkan negara lain di Jepang pelemahan itu sampai 50 persen demikian pula beberapa negara lain, kita masih lebih baik," kata Menko Airlangga.
Ia juga mencatat bahwa imbal hasil surat utang negara (yield treasury) serta obligasi pemerintah masih berada dalam level yang aman.
Cadangan devisa Indonesia juga dinilai tetap kuat sebagai penopang stabilitas eksternal.
Namun demikian, ia mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap kebijakan dagang Amerika Serikat, terutama terkait tarif resiprokal.
Ketidakpastian kebijakan perdagangan global masih menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian nasional.
"Trade policy uncertainty -nya juga tinggi, sehingga kita masuk dalam kebijakan yang tidak pasti, terjadi gejolak pasar uang seluruh dunia, pelemahan mata uang di emerging market, kemudian juga retaliasi tarif oleh China, kemudian rantai pasok global juga terganggu," tegasnya. (ant/rpi)
Load more