“Kami sangat senang dengan program ini. Selain membantu peremajaan sawit, tumpang sisip padi ini menjadi peluang tambahan penghasilan bagi kami,” ujar Wawan.
Penanaman perdana padi gogo ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pertanian. Pelaksana tugas Dirjen Perkebunan, Heru Tri Widarto, yang memimpin penanaman perdana, menilai langkah ini sangat strategis.
“Integrasi program PSR dengan tumpang sisip padi gogo bukan hanya soal peremajaan sawit, tetapi juga menciptakan solusi untuk ketahanan pangan. Pemerintah sedang mengupayakan agar PSR mendatang juga mencakup bantuan benih untuk tumpang sisip padi gogo,” ujar Heru.
Dalam program PSR, petani menerima bantuan penumbangan dan pembersihan tegakan, herbisida, benih, hingga pupuk, dengan nilai total mencapai Rp 60 juta per hektar.
Secara nasional, program PSR tahun ini mencakup sekitar 50 ribu hektar lahan. Yang sudah melaksanakan tumpang sisip padi gogo sekitar 5 ribu hektar. Penetapan kenaikan bantuan PSR dari Rp 30 juta menjadi Rp 60 juta baru dilakukan September lalu.
Integrasi padi gogo dengan PSR di Lebak ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan dapat berjalan seiring dengan pengelolaan perkebunan sawit yang berkelanjutan. Program ini menjadi model kolaborasi produktif antara pemerintah dan petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjaga ketersediaan pangan. (rpi)
Load more