Realisasi Investasi di Banten Diharapkan Melebihi Rp 100 Triliun
- Antara
tvOnenews.com - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten memproyeksikan realisasi investasi di wilayah Banten hingga akhir tahun 2025 dapat menembus angka Rp100 triliun seiring dengan kinerja positif penanaman modal dari sektor swasta.
Asisten Direktur Bank Indonesia Provinsi Banten M Lukman Hakim di Serang, Kamis, mengatakan hingga triwulan III 2025, realisasi investasi di Banten baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) telah mencapai Rp91,5 triliun.
"Realisasi investasi sampai triwulan ketiga kemarin kan Rp91,5 triliun. Jadi perkiraan sampai triwulan keempat itu bisa mencapai Rp100 triliun jika ada peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Lukman.
Lukman menjelaskan selain investasi, pertumbuhan ekonomi Banten juga ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh kuat sebesar 4,21 persen pada triwulan III, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,61 persen.
Hal itu, lanjutnya, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di atas level 100 atau pada zona optimis, serta penjualan kendaraan bermotor roda dua yang tumbuh positif.
"Dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan tumbuh signifikan dari 4,8 persen menjadi 6,53 persen. Peningkatan ini didorong oleh membaik nya kinerja industri baja, di mana Krakatau Steel sudah mulai mencatatkan laba di triwulan III, serta peningkatan kapasitas produksi di industri petrokimia," katanya.
Sektor perdagangan juga mencatat pertumbuhan impresif sebesar 5,85 persen, didorong oleh momentum libur sekolah dan hari besar keagamaan yang meningkatkan mobilitas serta belanja masyarakat.
Terkait inflasi, Lukman memaparkan bahwa inflasi Banten pada November 2025 tercatat sebesar 2,56 persen (year-on-year), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,72 persen.
Namun, ia menyoroti fenomena menarik di mana inflasi di daerah penghasil pangan seperti Kabupaten Lebak 2,93 persen dan Pandeglang 2,90 persen justru lebih tinggi dibandingkan daerah konsumen seperti Tangerang.
"Biasanya inflasi di kabupaten yang sektor pertanian nya tinggi itu lebih fluktuatif. Saat harga cabai naik di petani, dampaknya langsung terasa. Sementara di daerah bukan penghasil, fluktuasi harga sudah terserap oleh rantai pasok sehingga lebih stabil," katanya.(chm)
Load more