"Dan itu bukan latihan sekali jalan. Dalam skala luas, warga dibiasakan melakukan simulasi (drill) evakuasi minimal enam atau tujuh kali dalam satu tahun. Di seluruh kawsan," sampai Sabar.
Di luar itu, lanjut Sabar, pemerintah sudah siapkan sistem peringatan baru. Dalam kasus Coquimbo, beberapa menit setelah gempa, sirine meraung mengirim peringatan.
Ambulans, pemadam kebakaran, polisi turun mengatur lalu lintas. Ada juga petugas khusus yang memaksa para penduduk yang masih bertahan di rumah untuk keluar dan berlari ke arah bukit.
Ihwal penting lainnya, tambah Sabar, adalah menetapkan standar kekuatan bangunan. Pemerintah membuat aturan ketat yang mensyaratkan bangunan baru untuk bisa bertahan dari gempa berkekuatan M=9,0.
Di Indonesia, sambung Sabar, zona rawan gempa dan tsunami sudah dipetakan, pertanyaanya sudah tersosialisasikah kepada masyarakat yang terpapar langsung? Sudah siapkah semua komponen menghadapinya? Sudah berapa kali kita melakukan simulasi (drill)? Jangan sampai ribuan nyawa kembali hilang. (Rgo/Aag)
Load more