Aceh, tvOnenews.com - Kondisi pascabanjir bandang di sejumlah wilayah Aceh masih memprihatinkan. Hujan deras yang kembali mengguyur sejak Senin malam menyebabkan lumpur kembali menutup jalur lintas menuju kawasan pedalaman, sehingga menghambat aktivitas warga dan penanganan bencana.
Di kawasan Lokbawa, Aceh, material lumpur kembali turun ke badan jalan dan membuat kendaraan sulit melintas, terutama kendaraan roda dua.
Jalur tersebut hanya dapat dilewati kendaraan berpenggerak ganda. Selain akses yang terganggu, warga juga masih mengeluhkan padamnya listrik dan terputusnya jaringan internet, yang menyulitkan komunikasi dan distribusi bantuan.
Warga terdampak berharap pemerintah segera menurunkan tambahan alat berat untuk membersihkan lumpur. Hingga saat ini, di jalur panjang dari wilayah Aceh Utara hingga kawasan pedalaman, hanya satu unit alat berat yang terlihat beroperasi.
Keterbatasan ini dinilai tidak sebanding dengan luas wilayah terdampak dan tebalnya endapan lumpur. Selain alat berat, warga juga membutuhkan mobil tangki air untuk membantu pembersihan jalan.
Untuk kebutuhan logistik, bantuan makanan bagi warga yang tinggal di tenda pengungsian dilaporkan masih mencukupi.
Namun, sejumlah warga korban banjir yang tinggal di sepanjang jalur lintas menuju desa-desa yang terdampak parah mengaku belum tersentuh bantuan, karena tidak berada di lokasi pengungsian resmi.
Sementara itu di Kabupaten Bireuen, dampak banjir bandang tercatat jauh lebih parah. Desa Balai Panah, Kecamatan Juli, dilaporkan nyaris hilang akibat terjangan banjir.
Sedikitnya 65 rumah warga tersapu arus dan berubah menjadi aliran sungai yang lebar dan deras. Jalan desa sepanjang kurang lebih 150 meter juga hilang tanpa sisa.
Hingga Selasa, listrik dan jaringan telekomunikasi di wilayah tersebut masih terputus sejak malam sebelumnya. Tim peliputan bahkan harus menggunakan satelit untuk mengirimkan laporan dari lokasi.
Warga yang kehilangan rumah kini mengungsi di tenda darurat dengan kondisi yang memprihatinkan. Saat hujan kembali turun, tenda-tenda pengungsian ikut tergenang air sehingga pengungsi kesulitan beristirahat. Keterbatasan fasilitas juga terlihat dari minimnya toilet darurat, di mana ratusan pengungsi hanya mengandalkan satu fasilitas seadanya.
Selain tempat tinggal sementara, warga sangat membutuhkan air bersih, baik untuk kebutuhan ibadah, memasak, maupun keperluan sehari-hari. Anak-anak terdampak juga dilaporkan tidak dapat bersekolah karena kehilangan perlengkapan belajar dan pakaian.
Warga berharap pemerintah segera melakukan perbaikan tanggul sungai, pembangunan hunian sementara, serta percepatan penanganan infrastruktur agar mereka dapat kembali tinggal dengan aman di wilayah tersebut. Banjir bandang ini tidak hanya merusak rumah, tetapi juga menghapus satu desa dari peta permukiman warga.