Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Buka Cerita Hidup di Rutan KPK: Gelap, Sunyi, dan Penuh Penyesalan
- istimewa - antaranews
Jakarta, tvOnenews.com - Mantan Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Ira Puspadewi, akhirnya menghirup udara bebas setelah sekitar 10 bulan mendekam di balik jeruji Rutan Merah Putih KPK. Ira resmi keluar pada Jumat, 28 November 2025, setelah menerima program rehabilitasi yang diberikan Presiden Prabowo Subianto.
Dalam acara syukuran di Jatiwarna, Bekasi, sehari setelah bebas, Ira membuka cerita yang selama ini tidak ia sampaikan ke publik. Ia mengaku pengalaman berada dalam tahanan menjadi titik balik yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup.
“Selama ini saya tidak sadar bahwa saya kurang bersyukur,” ujarnya lirih. “Apa yang kita anggap biasa hari ini, ternyata nikmat yang besar. Di dalam penjara, malam-malam terasa seperti malam tergelap hidup saya.”
Ira menggambarkan kondisi ruang tahanan yang ia tempati. Menurutnya, ukuran ruang isolasi sekitar 3x3 meter tanpa jendela, gelap, dan ia berada di dalamnya seorang diri selama tiga hari pertama.
“Tidak ada teman bicara. Akhirnya yang bisa saya ajak bicara hanya Tuhan,” ujarnya.
Ia mengaku pernah berada dalam kondisi psikologis terendah karena merasa doa untuk kebebasannya tak kunjung terkabul.
“Katanya harus berharap terus. Tapi saya sempat bertanya, Tuhan kok tidak datang-datang pertolongannya?” ungkapnya. Namun ia berkata, pengalaman itu membuat ia sadar bahwa manusia tidak bisa mendikte takdir.
“Siapa sangka jawabannya datang lewat pemberian rehabilitasi Presiden.”
Pelayanan Tahanan yang Dianggap Baik
Ira juga menyinggung soal pelayanan petugas KPK selama dirinya menjalani masa tahanan. Ia menyebut petugas memperlakukan tahanan secara manusiawi.
“Pelayanan baik. Hak untuk beribadah, olahraga, bersosialisasi tetap diberikan,” katanya.
Pernyataan tersebut juga diamini dua mantan pejabat ASDP lainnya yang ikut menerima rehabilitasi, yakni Harry Muhammad Adhi Caksono dan M Yusuf Hadi.
Momen Tidak Terlupakan: Tahu Rehabilitasi Lewat Televisi
Ira mengaku mengetahui dirinya mendapat rehabilitasi dari sebuah siaran televisi di dalam rutan. Saat itu, ia sedang menunggu waktu berbuka puasa.
“Tiba-tiba ada breaking news. Saya sampai tidak bisa makan karena tidak percaya,” ucapnya.
Ia menyebut kabar itu terasa seperti “rahmat turun di waktu yang tidak terduga.”
Masih Berjuang Usai Bebas: Rekening Diblokir
Meski sudah bebas, Ira mengungkap satu persoalan masih membayangi: semua rekeningnya, termasuk milik suami dan anaknya, masih dibekukan.
“Saya hanya punya uang Rp1,2 juta saat keluar. Tapi tiba-tiba ada teman memberi Rp5 juta, ada yang kirim minyak, telur, mi instan,” katanya.
Momen itu membuatnya kembali merenungkan arti solidaritas.
“Banyak orang menghindar saat kita terpuruk. Tapi justru di saat itulah kita tahu siapa yang benar-benar teman.”
Ucapan Terima Kasih untuk Presiden Prabowo
Di akhir pernyataan publiknya, Ira kembali menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prabowo yang memberi rehabilitasi, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Mahkamah Agung, serta seluruh lembaga terkait.
“Tidak ada kata yang cukup untuk menggambarkan rasa syukur ini,” ujarnya.
Kisah Ira bukan sekadar pembebasan dari rutan, tetapi perjalanan emosional tentang kehilangan, penyesalan, dan makna syukur. Baginya, tembok penjara bukan hanya hukuman, melainkan ruang refleksi yang mengubah bagaimana ia memandang hidup.
“Kadang jawabannya tidak datang dalam bentuk yang kita minta. Tapi tetap datang, dengan cara Tuhan, bukan cara kita,” tutupnya. (nsp)
Load more