“Ikut, aparat semua pegang pistol. Penangkapan alasannya gak tahu, waktu itu kan Pelaksana Khusus (Laksus). Gak kena Penembak Misterius (Petrus) aja udah bagus gue,” lanjutnya.
Menurutnya, Laksus sangat ditakuti, tak hanya oleh orang sipil tapi juga para preman.
“Yang tanda tangan seorang kolonel waktu itu, saya telpon jenderalnya. Dia bilang, ‘Waduh, Suf. Saya gak bisa bantu’,” pungkas Hamka. “Gila bahaya banget nih, Brigjen saja takut. Dulu Laksus preman-preman aja takut, bukan hilang tangan, Pak. Hilang nama.”
Jusuf Hamka kemudian dibawa ke Kramat 7 dan diperiksa selama 21 hari. Di sana, ia mengaku geram karena dites salat dan mengaji. Menurutnya, hal ini adalah sebuah penghinaan.
“Saya diperiksa 21 hari di situ. Saya sempat marah, dites Al-Fatihah, dites salat saya marah. Saya marah-marah, saya bilang ‘Bapak ya punya kuasa ngaku Islam, tapi menghina Islam di depan saya’. Masa saya Al-Fatihah gak bisa, salat saja saya bisa,” ungkap Jusuf Hamka.
“Jadi saya salat suruh baca semua. Saya bacain tapi sambil saya nangis tuh. Saya bilang, ‘Orang Islam tapi kamu dzalimi saya’. Tuduhan saya ternyata dikembangi lagi, dicari-cari bilang saya mengadakan Islamisasi,” lanjutnya.
“Untuk membuat negara Islam, jadi semua orang Indonesia diislamkan oleh saya,” tandas Jusuf Hamka.
Jusuf Hamka (sumber: kolase tvOnenews)
Load more