5 Larangan di Bulan Suro yang Dipercaya Masyarakat Jawa: Jika Dilanggar, Membawa Petaka
- Pexels/etienne-marais
tvOnenews.com - Bulan Suro atau yang bertepatan dengan Muharram dalam kalender Hijriyah, menjadi salah satu bulan paling sakral dalam tradisi masyarakat Jawa.
Lebih dari sekadar penanggalan, bulan ini sarat akan nuansa spiritual, perenungan, dan ritual-ritual adat yang diwariskan secara turun-temurun.
Di balik kekhusyukan itu, terselip berbagai larangan atau pantangan yang diyakini memiliki konsekuensi serius jika dilanggar.
- YouTube/NadiaOmara
Sebagian orang menganggapnya mitos, namun bagi masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai leluhur, larangan di bulan Suro bukan sekadar tradisi kosong.
Ada kepercayaan bahwa melanggar pantangan ini bisa mendatangkan musibah, kesialan, bahkan gangguan dari alam gaib.
Apa saja larangan di bulan Suro dalam tradisi Jawa? Simak selengkapnya.
1. Menggelar Hajatan Besar
Masyarakat Jawa percaya bahwa bulan Suro adalah bulan sakral, bukan untuk bersuka ria.
Mengadakan hajatan seperti pernikahan, sunatan, atau pesta lainnya dianggap bisa mendatangkan kesialan.
Bahkan asyarakat banyak yang menghindari pernikahan saat bulan Suro karena diyakini pernikahan tersebut tidak akan langgeng.
- Pexels/MART PRODUCTION
2. Pindah atau Membangun Rumah
Pindahan dan pembangunan rumah sangat dihindari pada bulan Suro bagi masyarakat Jawa.
Orang Jawa meyakini bahwa itu bisa “mengundang” energi negatif, seperti sakit mendadak, rezeki seret, atau gangguan spiritual.
3. Bepergian Jauh Tanpa Alasan Mendesak
Perjalanan jauh selama Suro, khususnya pada malam 1 Suro, dipercaya meningkatkan risiko kecelakaan dan gangguan makhluk halus.
Masyarakat banyak yang memilih tetap di rumah, berdoa dan merenung.
- tvOne - wawan sugiarto
4. Keluar Rumah di Malam 1 Suro
Malam pertama Suro disebut sangat wingit (keramat).
Keluar rumah tanpa kepentingan diyakini bisa mendatangkan marabahaya, karena arwah leluhur dan makhluk halus sedang berkeliaran.
5. Berbicara Kasar, Bertengkar, atau Membuat Keributan
Energi bulan Suro dianggap lebih peka terhadap ucapan dan emosi manusia.
Mengeluarkan kata-kata kotor, memaki, bertengkar, semuanya dipercaya cepat dikabulkan oleh entitas halus atau mendatangkan karma buruk.
Menurut perspektif budaya, larangan ini bukan semata mitos, tetapi bentuk kearifan lokal yang menekankan kehati-hatian, introspeksi, dan penghormatan terhadap nilai spiritual dibanding waktu lainnya.
Load more