Rupiah Hanya Menguat Tipis Meski Ada Sinyal Damai antara AS dan China Soal Perang Dagang, Begini Penjelasannya
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Nilai tukar (kurs) rupiah berhasil menguat akibat sentimen positif atas hasil negosiasi dagang AS dan China.
Kurs rupiah pada akhir perdagangan Rabu (11/6/2025) ada di level Rp16.260 per dolar AS.
Menguat 15 poin atau setara 0,09 persen dari sesi sebelumnya.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengonfirmasi penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi sentimen positif atas hasil negosiasi perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan China.
“Nilai tukar rupiah cenderung sideways pada hari Rabu ini, bergerak pada kisaran Rp16.255– Rp16.272 per dolar AS dan ditutup menguat tipis 0,09 persen (atau 15 poin) menjadi Rp16.260 per dolar AS (dari sebelumnya Rp16.275 per dolar AS). Penguatan tersebut dipengaruhi oleh sentimen positif seputar hasil negosiasi perdagangan hari kedua antara AS dan Tiongkok,” ujarnya, mengutip antara.
Bersumber lamab berita China, Xinhua, Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng, yang juga anggota Biro Politik Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, menghadiri pertemuan dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent sebelum pertemuan pertama mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS pada Senin (9/6).
Para pebisnis menyambut baik pertemuan tersebut dengan harapan hasil yang saling menguntungkan.
Menurut Perwakilan Perdagangan Internasional China Li Chenggang, kedua negara tersebut melakukan perbincangan selama dua hari secara profesional, rasional, mendalam, dan jujur.
Pada prinsipnya, kedua belah pihak disebut telah menyetujui kerangka kerja untuk menerapkan konsensus antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping selama pembicaraan telepon mereka pada tanggal 5 Juni, serta yang dicapai pada pembicaraan Jenewa, Swiss.
Perundingan ini diharapkan memperkuat kepercayaan antara China dengan AS, dan mempromosikan perkembangan hubungan ekonomi serta perdagangan yang stabil sekaligus sehat untuk masing-masing negara.
“Kemajuan dalam negosiasi ini memberikan harapan bagi pelaku pasar yang selama ini cenderung melakukan aksi risk-off akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump, serta ketegangan bilateral antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut,” ucap Josua.
Namun, penguatan kurs rupiah menjadi terbatas mengingat pelaku pasar masih cenderung melakukan aksi wait and see menunggu rilis data inflasi AS bulan Mei 2025 pada malam ini. Rilis tersebut akan memberikan gambaran lebih jelas terkait dengan arah suku bunga kebijakan The Fed.
Load more