Di Jepang, saat krisis Yen tahun 2022, Pemerintah Jepang melalui Bank of Japan (BoJ) melakukan intervensi pasar valas dengan menjual cadangan dolar AS dan membeli yen untuk menahan depresiasi mata uangnya.
Strategi ini bertujuan untuk mencegah depresiasi tajam yen yang dapat memicu inflasi tinggi akibat kenaikan harga impor dan selanjutnya pihak BoJ juga mempertahankan suku bunga rendah tetapi mengontrol imbal hasil obligasi agar investor tetap percaya pada stabilitas ekonomi Jepang.
Untuk kasus Indonesia, Bank Indonesia (BI) dapat memperkuat strategi intervensi valas dengan melakukan operasi pasar yang lebih agresif ketika terjadi tekanan berlebih pada rupiah.
China memberlakukan larangan short selling dan mencari dukungan dari investor institusional. Saat terjadi krisis pasar saham China pada tahun 2015 bursa saham China mengalami kejatuhan besar-besaran, dengan indeks Shanghai Composite turun lebih dari 40% dalam beberapa bulan.
Untuk itu Pemerintah China segera mengambil langkah drastis, seperti melarang short selling (aksi jual saham tanpa memiliki aset yang mendasarinya), mewajibkan perusahaan milik negara untuk membeli kembali sahamnya, dan menyediakan dana talangan melalui investor institusional yang didukung pemerintah untuk membeli saham dan menopang pasar.
Hasil tindakan ini meskipun pasar tetap bergejolak, kepercayaan investor bisa dipulihkan secara bertahap. Pemerintah Indonesia, dalam hal ini OJK, bisa mempertimbangkan kebijakan pembatasan short selling saat volatilitas tinggi dan Kementerian BUMN mengonsolidasikan Perusahaan BUMN atau lembaga keuangan negara untuk melakukan buyback saham guna menjaga stabilitas pasar.
Contoh lain adalah Korea Selatan, yang mengenakan pajak atas transaksi saham untuk mengurangi spekulasi.
Load more