Belajar dari Negara Lain Mengantisipasi Volatilitas Pasca Trading Halt
- ANTARA
Selain kebijakan buyback dan intervensi valuta asing, pemerintah Indonesia terus memantau kondisi pasar dan siap mengambil langkah-langkah tambahan jika diperlukan. OJK dan BEI juga mempertahankan mekanisme trading halt untuk mencegah penurunan IHSG yang terlalu tajam.
Belajar dari negara lain
Pasar saham yang sangat volatil dapat berdampak pada sektor riil, seperti melemahnya konsumsi dan investasi oleh perusahaan. Ketika harga saham turun drastis, perusahaan mungkin kesulitan menggalang dana melalui pasar modal, yang dapat menghambat ekspansi bisnis dan penciptaan lapangan kerja.
Beberapa negara telah menghadapi tantangan volatilitas pasar saham dan nilai tukar mata uang yang signifikan. Pengalaman mereka dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia dalam mengembangkan kebijakan yang lebih efektif.
Amerika Serikat misalnya, menerapkan mekanisme circuit breaker, yaitu penghentian perdagangan sementara jika indeks saham turun tajam dalam waktu singkat untuk menghentikan kepanikan pasar.
Krisis keuangan 2008 dan gejolak pasar akibat COVID-19 (2020) menyebabkan Pemerintah AS menerapkan mekanisme tersebut.
Mekanisme ini memiliki tiga level. Level 1, penurunan 7% dan trading dihentikan selama 15 menit. Level 2, penurunan 13% dan trading dihentikan 15 menit lagi. Level 3, penurunan 20% dan trading dihentikan hingga akhir sesi perdagangan.
Hasil kebijakan ini investor memiliki waktu untuk menilai kembali situasi, menghindari aksi jual panik, dan mengurangi tekanan berlebih pada pasar.
Pemerintah Indonesia juga sudah memiliki mekanisme trading halt di BEI, tetapi efektivitasnya perlu terus dikaji agar bisa lebih fleksibel dalam merespons volatilitas yang ekstrem.
Di Jepang, saat krisis Yen tahun 2022, Pemerintah Jepang melalui Bank of Japan (BoJ) melakukan intervensi pasar valas dengan menjual cadangan dolar AS dan membeli yen untuk menahan depresiasi mata uangnya.
Strategi ini bertujuan untuk mencegah depresiasi tajam yen yang dapat memicu inflasi tinggi akibat kenaikan harga impor dan selanjutnya pihak BoJ juga mempertahankan suku bunga rendah tetapi mengontrol imbal hasil obligasi agar investor tetap percaya pada stabilitas ekonomi Jepang.
Untuk kasus Indonesia, Bank Indonesia (BI) dapat memperkuat strategi intervensi valas dengan melakukan operasi pasar yang lebih agresif ketika terjadi tekanan berlebih pada rupiah.
Load more