Ramai Dibahas soal Pendidikan Anak di Barak Militer, Psikolog UGM Beberkan Dampaknya
- istimewa - antaranews
Jakarta, tvOnenews.com - Belakangan ini ramai dibahas soal Pendidikan anak di Barak Meliter. Bahkan, hal itu menuai komentar dari Dosen Psikolog UGM, Novi Poespita Candra.
Dia menjelaskan, pengiriman anak-anak remaja bermasalah ke barak militer dapat menimbulkan dampak negatif.
Ia menyebut sebuah penelitian yang menyatakan bahwa program militer bagi anak-anak bermasalah dapat menyebabkan trauma karena culture shock atau gegar budaya.
Kedisiplinan yang ditanamkan dalam pendidikan di barak militer juga dikhawatirkan tidak akan bertahan saat anak-anak yang dididik itu kembali di kehidupan nyata.
Hal ini karena pendekatan militer menggunakan pendekatan behavioristik yaitu reward (pemberian hadiah) dan punishment (pemberian hukuman).
"Maka perilakunya tergantung pada otoritas. Jika otoritasnya tidak ada, maka perilakunya akan hilang. Padahal dalam pendekatan humanistik, kedisiplinan, tanggung jawab harusnya dibangun dengan kesadaran diri. Kesadaran diri itu dibentuk dengan refleksi dan dialog," ujarnya kepada NU Online, pada Sabtu (3/5/2025).
Menurut Novi, pendekatan militer bukan satu-satunya cara untuk menangani anak-anak remaja bermasalah. Ia menegaskan bahwa mendidik anak-anak remaja ke barak militer bukan cara tepat untuk menyelesaikan akar masalahnya.
Novi beranggapan bahwa pendekatan militer yang lebih cenderung bersifat behavioristik atau instruktif hanya mampu mengelola symptom atau gejala. Untuk menyelesaikan akar permasalahan dan membenahi perilaku hingga terbangun belief system atau sistem kepercayaan, pendidikan remaja juga harus dilengkapi dialog dan kegiatan-kegiatan sosial agar tumbuh empati.
"Sekolah dan rumah saat ini meskipun tempatnya anak anak-anak sipil, tapi sayangnya pendidikan kita sebenarnya juga menggunakan pendekatan behavioristik, didominasi bahasa instruksi dan minim dialog yang menjadi pendekatan humanistik," paparnya.
Hal ini menyebabkan problem-problem yang dimiliki remaja tidak diselesaikan dengan dialog dan tidak mendapat kesempatan penyembuhan, sehingga menimbulkan luka sosial.
"Tapi sayang lagi-lagi permasalahan mereka diselesaikan dengan cara sederhana: hanya pendekatan behavioristik yaitu militerisme," tuturnya.
Ia menjelaskan, problem yang dialami anak-anak remaja biasanya terkait masalah emosi dan sosial. Menurut teori Daniel Goleman, anak-anak remaja bermasalah itu tidak memiliki kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial atau empati, dan pembuatan keputusan yang bertanggung jawab.
Load more