Sedia Payung Sebelum Hujan, Istana Beberkan 3 Gebrakan Prabowo Jaga Optimisme Ekonomi Indonesia
- Tim tvOnenews/Abdul Gani Siregar
Jakarta, tvOnenews.com – Di tengah dinamika kebijakan global yang semakin menantang, Presiden Prabowo Subianto telah menyiapkan tiga gebrakan besar untuk menjaga ketahanan dan optimisme ekonomi Indonesia.
Langkah ini menjadi respons strategis atas kebijakan tarif baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (2/4/2025), yang menetapkan tarif dasar 10 persen untuk hampir semua barang impor dan ‘Tarif Timbal Balik’ sebesar 32 persen terhadap Indonesia.
Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Noudhy Valdryno, menegaskan bahwa Presiden Prabowo telah mempersiapkan strategi ini sejak awal pemerintahannya untuk memastikan ekonomi Indonesia tetap stabil dan berkembang.
“Dalam menghadapi tantangan global, termasuk kebijakan tarif baru Amerika Serikat, Presiden Prabowo menunjukkan ketajaman melihat dinamika geopolitik. Pemahaman mendalam tentang hubungan internasional dan perdagangan global menjadi kekuatan utama dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia,” ujar Noudhy, dalam keterangan tertulis, Jumat (4/3/2025).
Berikut tiga gebrakan besar yang menjadi andalan Indonesia menghadapi disrupsi ekonomi global:
1. Memperluas Mitra Dagang Indonesia
Langkah pertama yang diambil Presiden Prabowo adalah memperkuat jaringan mitra dagang Indonesia.
Sejak minggu pertama setelah dilantik, Prabowo telah mengajukan keanggotaan Indonesia dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), kelompok ekonomi yang mengendalikan 40 persen perdagangan global.
Keanggotaan ini melengkapi berbagai perjanjian perdagangan yang telah Indonesia tanda tangani, termasuk Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dengan 10 negara ASEAN serta Australia, China, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru yang mencakup 27 persen perdagangan global.
Selain itu, Indonesia juga tengah berproses untuk bergabung dengan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang menguasai 64 persen perdagangan global, serta memperluas kerja sama dalam CP-TPP, IEU-CEPA, dan I-EAEU CEPA.
Tak hanya perjanjian multilateral, Indonesia juga menjalin kemitraan perdagangan bilateral dengan negara-negara strategis seperti Korea, Jepang, Australia, Pakistan, Uni Emirat Arab, Iran, dan Chile untuk memperkuat daya saing ekspor nasional.
2. Mempercepat Hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA)
Indonesia yang kaya sumber daya alam selama ini lebih banyak mengekspor bahan mentah. Untuk meningkatkan nilai tambah ekspor, Presiden Prabowo memprioritaskan hilirisasi industri di berbagai sektor.
Salah satu contoh suksesnya adalah di sektor nikel, di mana nilai ekspor nikel dan turunannya melonjak dari USD 3,7 miliar pada tahun 2014 menjadi USD 34,3 miliar pada tahun 2022.
Selain itu, pada 24 Februari 2025, Prabowo meluncurkan BPI Danantara, lembaga yang didesain untuk mempercepat hilirisasi SDA di sektor mineral, batu bara, minyak bumi, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan.
Dengan langkah ini, Indonesia tak hanya meningkatkan daya saing ekspor, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada investasi asing serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
3. Memperkuat Resiliensi Konsumsi Dalam Negeri
Gebrakan ketiga adalah memperkuat daya beli masyarakat melalui program sosial yang langsung menyentuh kesejahteraan rakyat. Salah satu program unggulan Prabowo adalah Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menargetkan 82 juta penerima manfaat pada akhir 2025.
Selain itu, pemerintah juga berencana mendirikan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) yang bertujuan untuk memperkuat ekonomi desa, menciptakan jutaan lapangan kerja baru, serta mendorong perputaran uang di daerah.
“Dengan memperkuat hubungan dagang internasional, mengoptimalkan potensi sumber daya alam, dan meningkatkan konsumsi dalam negeri, Presiden Prabowo membuktikan bahwa Indonesia dapat tetap tumbuh meskipun di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian,” ujar Noudhy.
Dengan strategi ini, Noudhy meyakini Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mempertahankan posisinya sebagai kekuatan ekonomi stabil di Asia Tenggara dan kancah global. (agr/ree)
Load more