- istimewa
Kejam! KKB Serang Guru dan Nakes di Yahukimo, DPR Geram hingga Kecam Aksinya: Ancaman Serius
Jakarta, tvOnenews.com - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menyerang guru hingga tewas di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan pada Jumat, 21 Maret 2025.
Bahkan, bukan guru saja yang diserang, tenaga kesehatan (nakes) juga diserang di Yahukimo, Papua Pegunungan.
Penyerangan kelompok separatis itu dilakukan oleh pasukan dari batalion Eden Sawi dan Sisipa.
Dalam serangan tak berperikemanusiaan tersebut, sepuluh orang guru dan tenaga medis menjadi korban.
Satu di antaranya, atas nama Rosalina Rerek Sogen, meninggal dunia, sementara empat mengalami luka ringan dan tiga lainnya luka berat serta dua korban lainya dalam kondisi aman dan merupakan warga asli yahukimo.
Para korban merupakan tenaga pendidik yang tengah bertugas memberikan layanan pendidikan di wilayah pedalaman Papua.
“Ini adalah tindakan biadab dan sangat keji. Para guru dan tenaga medis itu bukan militer, mereka adalah pendidik yang mengabdikan diri untuk anak-anak Papua,” tegas Kepala Operasi Damai Cartenz 2025, Brigjen Pol. Dr. Faizal Ramadhani, S.Sos., S.I.K., M.H. didampingi Wakaops Damai Cartenz 2025 Kombes Pol. Adarma Sinaga, S.I.K., M.Hum.
Ia menegaskan bahwa kekejaman yang dilakukan KKB merupakan upaya menciptakan ketakutan dan menghambat pembangunan, terutama di sektor pendidikan.
Seluruh korban, baik yang meninggal dunia maupun yang mengalami luka-luka, telah dievakuasi ke Jayapura dan dirujuk ke RSAD marthen indey Kota Jayapura.
“Tindakan kekerasan ini tidak akan menyurutkan komitmen negara dalam memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat Papua, justru menjadi bukti bahwa kekejaman yang dilakukan KKB semakin nyata,” lanjut Brigjen Faizal.
Dilansir dari Tempo, Minggu (23/3), Panglima Kodam TPNPB OPM Kodam XVI Yahukimo Elkius Kobak mengklaim enam guru yang tewas itu sebagai agen intelijen Indonesia.
Dia mengatakan serangan itu dilakukan lantaran pernyataan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto ihwal penugasan prajurit militer sebagai guru di Papua.
"Maka saya perintahkan pasukan untuk melakukan pembunuhan terhadap enam orang anggota TNI yang berprofesi sebagai guru," kata Elkius dalam keterangan tertulis, Sabtu, (22/3/2025).
Juru bicara TPNPB OPM Sebby Sambom mengimbau kepada seluruh guru dan tenaga kesehatan untuk segera meninggalkan wilayah konflik bersenjata di Papua pada hari ini, Ahad, 23 Maret 2025.
Menurut dia, kelompoknya akan melakukan operasi serangan untuk menyasar agen intelijen Indonesia pada pekan depan.
"Kami sampaikan ke Presiden Prabowo dan Panglima TNI untuk tidak melakukan serangan balasan terhadap warga sipil dengan sembarangan," ucap Sebby.
Menyikapi hal itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Fraksi PKB Lalu Hadrian Irfani mengecam serangan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap enam guru dan tenaga kesehatan (nakes) di Yahukimo, Papua Pegunungan.
Hadrian menyebut guru dan nakes sedang menjalankan tugas mulia, tapi malah diserang.
"Kejadian ini bukan hanya telah mengakibatkan meninggalnya mereka yang sedang menjalankan tugas mulia, tetapi juga mencerminkan ancaman serius terhadap sektor pendidikan dan kesehatan di wilayah tersebut," kata Hadrian, Minggu (23/3/2025).
Selain itu, dia menyampaikan, guru dan tenaga medis adalah garda depan dalam mencerdaskan serta menyehatkan masyarakat, sehingga perlindungan mereka harus menjadi prioritas.
Dia mendesak pemerintah dan aparat keamanan untuk meningkatkan perlindungan bagi para pendidik dan tenaga kesehatan di daerah rawan konflik agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan aman.
"Kami juga mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk mencari solusi yang lebih komprehensif dalam menangani situasi di Papua, bukan hanya sebatas pendekatan keamanan, tetapi juga harus mencakup peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pembangunan yang inklusif, pendidikan yang merata, serta dialog yang konstruktif dengan seluruh masyarakat di sana," ungkapnya.
Sementara itu, Hadrian berharap kejadian serupa tidak terulang kembali.
Dia berharap orang-orang di Papua dapat bekerja tanpa rasa takut.
"Harapannya, kejadian serupa tidak terulang, dan tenaga pendidik serta kesehatan, dan seluruh masyarakat Papua umumnya, dapat terus bekerja tanpa rasa takut demi masa depan Papua yang lebih baik," imbuh Hadrian. (aag)