Dapat Hidayah Lewat Kartun, Muhammad Ali Mantap Menjadi Seorang Muslim: Kisah Mualaf Muhammad Ali, Ikon Legenda Tinju Dunia
- Britannica
Namun, kariernya sempat terguncang ketika ia menolak wajib militer dalam Perang Vietnam pada 1967. Alasannya jelas: perang bertentangan dengan keyakinannya sebagai seorang Muslim.
Penolakannya membuat sabuk juaranya dicabut, izin bertinjunya ditangguhkan, dan ia dijatuhi hukuman penjara lima tahun serta denda 10.000 dolar AS.
Meski begitu, keputusan ini justru menegaskan prinsip teguh yang dipegang Ali: keberanian membela kebenaran meski harus kehilangan segalanya.
Setelah banding, Ali akhirnya kembali ke ring pada 1970 dan kembali merebut gelar dunia dari George Foreman pada 1974 dalam pertarungan legendaris “Rumble in the Jungle.” Hingga pensiun pada 1981, ia mencatat rekor 56 kemenangan (37 KO) dan hanya 5 kali kalah.
Parkinson, Kemanusiaan, dan Warisan Abadi
Pada 1984, Muhammad Ali didiagnosis menderita Parkinson akibat trauma kepala selama bertahun-tahun bertanding. Meski kondisi kesehatannya menurun, Ali tetap aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Salah satu momen paling dikenang adalah ketika ia bernegosiasi untuk pembebasan sandera Amerika di Irak pada 1990.
Ali menikah empat kali dan dikaruniai sembilan anak. Pada 3 Juni 2016, dunia kehilangan sang legenda ketika ia wafat pada usia 74 tahun.
Prosesi pemakamannya di Louisville dihadiri ribuan orang dan disiarkan ke seluruh dunia, menegaskan bahwa Muhammad Ali bukan sekadar petinju, melainkan simbol keberanian, iman, dan kemanusiaan.
Warisan Ali tetap hidup hingga kini. Ia tidak hanya dikenang sebagai “The Greatest” di ring tinju, tetapi juga sebagai seorang mualaf yang menjadikan Islam sebagai pegangan hidupnya.
Kisahnya adalah bukti bahwa ketenaran dan kekuatan sejati datang ketika seseorang menemukan keyakinan yang mampu menenangkan jiwa. (udn)
Load more