Amalan Malam yang Kata Ustaz Adi Hidayat Wajib Dilakukan: Rasulullah SAW Lakukan 70-100 Kali

tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengingatkan salah satu amalan sebelum tidur yang merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Amalan ini sangat ringan namun sayangnya sering terlupa oleh setiap Mukmin. Padahal amalan ini sangat baik jika dilakukan setiap akan tidur.

Jika seorang Mukmin rutin melakukan amalan ini setiap malam, menurut Ustaz Adi Hidayat pasti esok harinya akan ada perubahan dalam dirinya,

Lalu amalan apakah yang dimaksud oleh Ustaz Adi Hidayat tersebut? Berikut penjelasannya yang dirangkum tvOnenews.com dari YouTube Adi Hidayat Official.

Amalan sebelum tidur itu ternyata kata Ustaz Adi Hidayat adalah melakukan instrospeksi atau muhasabah.

“Amalan yang sunnah muhasabah, maka disarankan sebelum tidur itu istighfar. Evaluasi atas kegiatan yang salah yang dilakukan di hari itu,” jelas UAH.

Kemudian Ustaz Adi Hidayat menyarankan setelah istighfar dan melakukan evaluasi mengenai apa yang salah pada hari itu rencanakanlah apa yang akan dilakukan esok hari.

“Setelah itu merencanakan apa yang akan dilakukan di hari berikutnya. Misal hari ini belum infak, besok saya mau infak,” saran UAH.

Maka meski kita tak tahu apakah besok masih hidup setidaknya sudah istighfar di malam itu.

“Jika besok masih hidup makanya membaca Alhamdulillahirrobilalamin,” tandas UAH.

Adapun jumlah zikir istighfar yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah sebanyak 70 hingga 100 kali.

“Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam contohkan 70 sampai 100 kali itu beristighfar,” jelas UAH.

Mengenai bilangan ini, menurut Ustaz Adi Hidayat (UAH) bertujuan agar dalam bilangan itu ada yang terkoneksi kepada Allah SWT.

“Bilangan ini sebetulnya bilangan untuk melatih ketersambungan hati dengan lisan,” jelas UAH.

“Sama dengan zikir kita ba’da shalat itu ya subhanallah alhamdulillah Allahu Akbar kan 33 kali itu maksudnya 33 kali itu di antara hikmahnya dari sekian bilangan itu nanti ada yang terkoneksi antara lisan dengan hatinya,” sambung UAH.

Hal ini karena zikir itu bukan hanya di lisan namun juga harus ada ketersambungan hati antara seorang hamba dengan Allah SWT. 

“Jadi zikir itu bukan hanya di lisan, ya basah lisan tuh bagus tapi basahnya lisan itu nanti diiringi dengan ketersambungan kepada hati kepada jiwa,” ujar UAH.