Semarang, tvOnenenews.com - Salah satu korban luka dalam kecelakaan maut bus Cahaya Trans di exit Tol Krapyak, Semarang, Jawa Tengah, mengaku sejak awal merasa waswas dan tidak nyaman dengan cara mengemudi sopir cadangan bus tersebut.
Kecelakaan tunggal yang terjadi pada Senin dini hari, 22 Desember lalu, menewaskan 16 penumpang.
Bus Cahaya Trans yang melaju dari Bekasi, Jawa Barat, menuju Yogyakarta itu dikemudikan oleh sopir cadangan bernama Gilang. Pergantian pengemudi dilakukan di rest area Subang, Jawa Barat, sekitar pukul 20.00 hingga 20.30 WIB.
Salah satu korban luka, Ardinata, warga Bogor, Jawa Barat, menuturkan bahwa sejak pergantian sopir, ia merasakan perbedaan cara mengemudi. Menurutnya, bus melaju lebih agresif, sering menyalip kendaraan lain, dan manuver setir terasa kurang halus.
Ardinata mengaku beberapa kali terbangun dari tidurnya karena bus dalam kondisi menyalip kendaraan lain. Menjelang detik-detik kecelakaan, ia terbangun akibat teriakan para penumpang.
Saat itu, ia langsung berpegangan pada kursi di depannya untuk menahan tubuhnya agar tidak terlempar.
Ia menyebut posisi bus sudah dalam keadaan miring dan terbalik setelah kecelakaan terjadi. Penumpang yang duduk di sampingnya terjatuh ke arah berlawanan akibat benturan keras.
Dalam perjalanan tersebut, Ardinata menaiki bus bersama tunangannya untuk menghadiri acara wisuda di Yogyakarta.
Akibat kecelakaan, ia mengalami luka robek di tangan kanan dan menjalani perawatan rawat jalan di Rumah Sakit Adi Yatma Tugu, Kota Semarang.
Sebelumnya, kepolisian telah menetapkan sopir cadangan bus Cahaya Trans sebagai tersangka dalam kecelakaan ini.
Proses hukum masih terus berjalan untuk mengungkap penyebab pasti kecelakaan yang menjadi salah satu insiden transportasi paling mematikan di Jawa Tengah tahun ini.