tvOnenews.com - Sebagian masyarakat mendapatkan informasi bahwa dalam Islam ada riwayat yang mengatakan bahwa rajin ibadah itu bisa menghapus dosa seseorang.
Lantas apakah demikian benar adanya? Simak penjelasan Buya Yahya berikut ini.
Shalat merupakan ibadah wajib bagi setiap Muslim yang harus dilakukan sesuai dengan syariat. Namun, tidak semua ibadah secara otomatis menghapus dosa seseorang.
Hal ini sering kali disebabkan oleh kurangnya kesadaran atau niat yang tulus dalam melaksanakan ibadah tersebut.
Ibadah seperti salat, puasa Ramadan, zakat, dan haji merupakan amalan wajib yang memiliki banyak keutamaan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Namun, sebagaimana dijelaskan oleh Buya Yahya, seorang ulama dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah, ibadah yang dilakukan tanpa tafakur atau merenungi maknanya tidak selalu menghapus dosa.
Dalam sebuah ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan bahwa ada orang yang rajin ibadah tetapi tetap bergelimang dosa karena tidak meluruskan niatnya.
“Dosa iya, ibadah iya. Ibadahnya tidak bisa menghapus dosanya karena dia tidak merenungi ibadahnya,” ujar Buya Yahya.
Buya Yahya memberikan contoh bahwa seseorang bisa beribadah, seperti haji atau umrah, tetapi amalannya menjadi sia-sia jika terdapat hak-hak orang lain yang belum ditunaikan.
Misalnya, harta yang digunakan untuk ibadah diperoleh dari perebutan warisan yang belum dibagi dengan adil.
Dalam situasi ini, ibadah tidak akan mendatangkan pahala karena terhalang oleh dosa yang dilakukan.
Selain itu, beliau juga mengingatkan tentang orang-orang yang terlihat khusyuk beribadah di masjid tetapi mengabaikan kewajiban terhadap keluarganya.
Contohnya, seorang anak yang rajin salat di masjid namun membiarkan ibunya menangis karena perlakuan buruknya.
Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minannas) selain hubungan dengan Allah (hablum minallah).
Hadis Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya niat dan kualitas ibadah. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Buya Yahya menambahkan bahwa ada orang yang jarang ibadah tetapi meninggal dalam keadaan husnul khatimah karena bertobat dengan sungguh-sungguh.
Misalnya, seseorang yang sebelumnya bergelimang dosa tetapi akhirnya bertaubat dan wafat dalam keadaan suci. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW:
“Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak memiliki dosa sama sekali.” (HR. Ibnu Majah)
Namun, Buya Yahya juga mengingatkan agar kita tidak meniru perilaku buruk mereka dengan alasan bahwa tobat bisa dilakukan di akhir hayat.
Beliau menegaskan bahwa kita tidak pernah tahu kapan ajal menjemput. Karena itu, setiap Muslim harus senantiasa memperbaiki amalnya, menjaga niat yang tulus, dan selalu berprasangka baik kepada Allah SWT.
Sebagai penutup, Buya Yahya berpesan agar umat Islam mendoakan kebaikan bagi mereka yang telah meninggal.
“Jangan suuzan pada orang yang sudah meninggal, itu urusan Allah. Mari kita doakan semoga Allah mengampuni dosanya,” pungkas beliau. (udn)
Load more