Timnas Indonesia Jadi 'Anak Tiri' Usai AFC Mendadak Ubah Aturan Round 4, Erick Thohir Geser Masa Depan Skuad Garuda ke Tangan Simon Tahamata, dan Media China Ucap Terima Kasih
- Kolase tvOnenews.com/REUTERS/Tim tvOnenews.com - Taufik Hidayat
tvOnenews.com - Timnas Indonesia akhirnya memastikan tempat di ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Namun, pencapaian bersejarah ini langsung diiringi polemik besar setelah AFC secara sepihak menetapkan Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah, keputusan yang dinilai timpang dan penuh kepentingan.
Di tengah ketidakpastian itu, masa depan Timnas Indonesia perlahan diarahkan ke sistem yang lebih terstruktur lewat peran penting Simon Tahamata.
Uniknya, media China justru mengaku bersyukur telah disingkirkan oleh Indonesia, setelah melihat betapa rumit dan beratnya jalan Garuda di babak berikutnya.
1. Polemik Aturan AFC: Timnas Indonesia Terdampar di Tengah Kepentingan Timur Tengah
AFC secara resmi mengumumkan bahwa Arab Saudi dan Qatar akan menjadi tuan rumah babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Format pertandingan akan dilakukan secara terpusat dari tanggal 8 hingga 14 Oktober 2025 dengan dua grup yang masing-masing diisi tiga negara.
Pemenang tiap grup akan langsung lolos ke Piala Dunia, sementara peringkat dua menuju babak kelima.
- AFC
Sayangnya, keputusan AFC itu memunculkan pertanyaan besar. Timnas Indonesia yang masuk pot 3 bersama Oman harus bersiap menghadapi raksasa Timur Tengah seperti Arab Saudi, Qatar, Irak, dan Uni Emirat Arab.
Padahal, sejak awal PSSI juga telah mengajukan diri sebagai tuan rumah, namun ditolak tanpa alasan gamblang.
Penolakan ini memicu kecurigaan. Mengingat selama ini AFC kerap dituding tidak netral dan lebih menguntungkan negara-negara kaya Timur Tengah.
Contohnya sudah terjadi saat Indonesia melawan Qatar di Piala Asia U-23 dan Bahrain di Kualifikasi sebelumnya, yang memunculkan dugaan manipulasi wasit.
Bahkan, federasi Irak, UEA, dan Oman ikut memprotes keputusan AFC ini karena sebelumnya ada rencana bahwa tuan rumah akan diberikan kepada tim dengan poin tertinggi—dan bukan Arab Saudi atau Qatar.
“Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) telah mengkonfirmasi Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah Kualifikasi Asia AFC mendatang – Playoff Jalan Menuju 26,” tulis AFC secara resmi pada Jumat (13/6/2025).
Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI memang menerima keputusan tersebut, namun ia berharap pertandingan bisa tetap berjalan adil.
“Kami menghormati dan menyambut baik keputusan AFC… Tapi saya minta semua laga dijalankan secara fair dan sportif,” ujar Erick.
Namun begitu, regulasi dalam Regulations FIFA World Cup 2026 Preliminary Competition menyebut bahwa AFC memang memiliki wewenang menunjuk tuan rumah, baik di tempat netral maupun di negara peserta, dengan persetujuan FIFA.
Ini jadi celah yang digunakan AFC untuk meloloskan Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah, meski banyak pihak merasa itu tidak adil bagi Timnas Indonesia.
2. Erick Thohir Geser Masa Depan Timnas Indonesia ke Tangan Simon Tahamata?
Kekalahan telak 0-6 dari Jepang bukan hanya menyakitkan, tapi juga menjadi sinyal keras bagi PSSI untuk membenahi fondasi sepak bola nasional.
Erick Thohir langsung mengambil langkah strategis: mempercepat pembangunan sistem pencarian bakat (scouting) nasional dengan menunjuk Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia.
“Dalam tiga bulan ke depan, sistem scouting harus berjalan. Ini penting agar kita bisa menjaring bakat dari seluruh pelosok negeri,” ujar Erick (14/6/2025).
- dok.kolase tvOnenews.com
Simon Tahamata, mantan pemain Ajax dan Timnas Belanda, dianggap punya pengalaman mumpuni dari sepak bola Eropa.
Erick menjelaskan bahwa Tahamata akan bekerja bersama semua pelatih Timnas, termasuk Patrick Kluivert di level senior dan Gerald Vanenburg di U-23.
Kolaborasi ini diharapkan bisa membentuk sistem berkelanjutan yang mampu melahirkan generasi emas Garuda.
“Om Simon akan bekerja dengan semua level pelatih timnas, ini harus terintegrasi,” tegas Erick.
Kehadiran Simon dianggap langkah penting untuk memperbaiki peta talenta nasional. Jika sistem scouting berjalan optimal, Indonesia tak perlu lagi bergantung pada pemain naturalisasi.
Tahamata akan menjadi motor penggerak era baru sepak bola Indonesia, terutama setelah kegagalan telak di laga kontra Jepang menyadarkan semua pihak bahwa pembinaan akar rumput harus dimulai serius dan sistematis.
3. Media China Bersyukur Disingkirkan Indonesia: “Kami Terhindar dari Pukulan Telak”
Di luar dugaan, media China justru menyampaikan rasa syukur karena tim mereka tersingkir lebih awal dari Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Dalam laporan Sohu, media Negeri Tirai Bambu itu menganggap kegagalan mereka justru jadi “berkah tersembunyi”.
- Kolase
“Sekarang tampaknya tidak masuk babak play-off adalah berkah tersembunyi. Jika lolos, itu akan menjadi ‘pukulan telak’ karena AFC sudah mainkan operasi kotak hitam,” tulis Sohu.
China menuding AFC telah melanggar janji karena sebelumnya disebut akan memilih tuan rumah berdasarkan poin tertinggi.
Namun nyatanya, Qatar dan Arab Saudi yang hanya mengoleksi 13 poin justru dipilih, mengalahkan Irak dan UEA yang punya 15 poin.
Mereka menilai keputusan itu jelas tidak adil dan sangat merugikan Timnas Indonesia.
“Enam tim bertarung untuk dua tiket, tapi dua di antaranya malah menjadi tuan rumah tanpa penjelasan. Bukankah ini semacam jaminan menang?” kritik media China.
Ironisnya, setelah sebelumnya berulang kali mengkritik Timnas Indonesia, kini media China justru mengucapkan “terima kasih” karena telah mengeliminasi mereka lebih awal.
Mereka menyadari bahwa jika ikut lolos ke round 4, bisa jadi mereka akan mengalami nasib yang lebih buruk di hadapan kekuatan “uang” dan pengaruh politik AFC.
“Daripada melamun soal Piala Dunia, lebih baik fokus bangun sistem pelatihan pemuda. Karena dalam permainan uang seperti ini, kami tidak punya petrodolar maupun kekuatan untuk jadi tuan rumah,” tulis Sohu dengan nada sinis.
Putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 bukan sekadar pertandingan, tetapi juga medan ujian penuh intrik.
Timnas Indonesia tidak hanya harus menghadapi kekuatan teknis tim-tim Timur Tengah, tapi juga permainan regulasi dan kebijakan yang tidak selalu adil.
Di tengah semua itu, harapan baru muncul dari sosok Simon Tahamata yang ditugaskan membangun masa depan lewat pencarian bakat berkelanjutan.
Seperti kata Erick Thohir, “Ini bukan hanya untuk sekarang, tapi untuk masa depan sepak bola Indonesia.” (udn)
Load more