Lebih Baik Dipikir-pikir Dulu Sebelum Bunda Melakukan Persalinan Caesar, Ternyata Ada Risikonya!
- Freepik @tirachardz
tvOnenews.com - Persalinan dengan metode caesar sering dianggap sebagai solusi cepat dan praktis, apalagi bagi ibu yang takut menghadapi nyeri saat melahirkan.
Namun, tahukah Bunda bahwa ada risiko operasi caesar yang patut diperhatikan?
Menurut dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG., M.Kes., melalui kanal YouTube Gue Sehat, “persalinan caesar itu dilakukan atas ada dua indikasi, indikasi ibu dan indikasi janin.”
Oleh karena itu, penting bagi setiap calon ibu untuk memahami alasan medis maupun sosial yang melatarbelakangi persalinan caesar, serta risiko yang mungkin menyertainya.
Indikasi Caesar pada Ibu dan Janin
Dokter Ardiansjah menjelaskan bahwa indikasi caesar terbagi dua, yaitu:
1. Indikasi ibu
- Preeklampsia
- Plasenta previa (plasenta berada di bawah)
- HIV
- Panggul sempit
- Riwayat caesar sebelumnya
- Alasan sosial, misalnya ibu takut menghadapi nyeri persalinan.
2. Indikasi janin
- Bayi berukuran besar (lebih dari 4 kg).
- Denyut jantung janin tidak normal (gawat janin).
- Posisi janin sungsang atau melintang yang membuat persalinan normal tidak mungkin dilakukan.
Dengan indikasi ini, caesar bukan sekadar pilihan praktis, melainkan sering kali tindakan penyelamat nyawa ibu maupun bayi.
Risiko Persalinan Caesar
Meski aman dilakukan dengan prosedur modern, caesar tetap memiliki risiko.
Dokter Ardiansjah menegaskan, “jadi resiko persalinan caesar itu sama dengan resiko-resiko operasi lainnya pasti ada yang namanya resiko perdarahan, resiko infeksi, bisa terjadi juga trauma.”
- Beberapa risiko yang perlu diperhatikan:
- Perdarahan yang dapat menyebabkan kebutuhan transfusi darah.
- Infeksi pada luka operasi.
- trauma organ akibat sayatan, misalnya pada usus atau kandung kemih.
Cara Mencegah Risiko Operasi Caesar
Agar risiko operasi caesar bisa diminimalisir, dokter dan tim medis melakukan serangkaian persiapan.
“Untuk pencegahan-pencegahan risiko-risiko yang mungkin terjadi pada saat persalinan caesar biasanya dokter dan tim sudah menyiapkan serangkaian persiapan punya salah satu pemeriksaan lab darah,” jelas dr. Ardiansjah.
Beberapa langkah pencegahan antara lain:
- Pemeriksaan darah untuk memastikan kadar hemoglobin.
- Persiapan darah untuk transfusi bila diperlukan.
- Menyesuaikan obat-obatan dengan riwayat kesehatan pasien, misalnya penderita asma atau diabetes.
- Kontrol gula darah bagi ibu dengan diabetes melitus agar aman saat operasi.
Selain itu, pasien biasanya diminta berpuasa sebelum caesar, mandi dengan antiseptik, dan menjaga kebersihan tubuh untuk mencegah infeksi.
Perawatan Pasca Caesar
Setelah persalinan, ibu perlu memperhatikan perawatan luka dan pola aktivitas.
Luka operasi akan ditutup perban modern yang memungkinkan pasien tetap mandi.
Namun, aktivitas berat seperti mengangkat galon harus dihindari hingga minimal 6 minggu setelah persalinan.
Soal makanan, dr. Ardiansjah menyarankan ibu menghindari makanan yang memicu alergi seperti udang atau kepiting karena bisa menyebabkan gatal pada luka operasi.
Sebaliknya, konsumsi makanan tinggi protein seperti ikan laut dan putih telur justru dianjurkan untuk mempercepat penyembuhan.
Persalinan caesar memang bisa menjadi penyelamat dalam kondisi tertentu, baik bagi ibu maupun janin.
Namun, penting bagi Bunda untuk memahami bahwa ada risiko operasi caesar yang sama seriusnya dengan operasi lainnya.
Dengan konsultasi yang tepat, pemeriksaan medis, serta persiapan yang matang, persalinan caesar dapat dilakukan dengan aman dan minim komplikasi.
(anf)
Load more