Indonesia Digital Bank Summit (IDBS) 2025: AFTECH, OJK hingga BI Bahas Tantangan Ekosistem Keuangan Digital RI
- Fintech Indonesia
Menurut Pandu, fokus tahun ini meliputi tiga hal: penguatan ketahanan siber dan pencegahan penipuan berbasis intelijen bersama, pengembangan produk keuangan yang inklusif bagi UMKM serta masyarakat underserved, dan arsitektur kolaborasi berkelanjutan.
Ia menekankan bahwa keuangan digital yang tepercaya menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi nasional menuju target 8 persen.
Wakil Ketua Umum II AFTECH, Budi Gandasoebrata, menambahkan ada tiga pilar utama untuk menjaga kepercayaan publik pada keuangan digital.
“Pertama, kita perlu regulasi dan pengawasan yang adaptif dan berbasis risiko agar inovasi tidak mengorbankan keamanan. Kedua, inovasi digital seperti AI dan open finance harus dijalankan secara akuntabel dengan tata kelola yang kuat. Ketiga, edukasi publik dan kampanye anti-scam harus dilakukan secara terintegrasi lintas platform dan regulator,” jelasnya.
Keuangan Digital untuk UMKM
Diskusi panel juga menyoroti peran layanan keuangan digital dalam mendorong transformasi sektor riil, khususnya UMKM.
Tantangan terbesar UMKM saat ini mencakup akses pasar, akses pembiayaan, serta keterbatasan literasi keuangan.
Solusi yang ditawarkan adalah membangun ekosistem digital komprehensif melalui kolaborasi antara perbankan, fintech, dan regulator.
Pemanfaatan data digital menjadi instrumen penting dalam penilaian kredit UMKM underbanked.
Fintech berperan menyediakan pemeringkatan kredit berbasis data transaksi elektronik, sementara perbankan memanfaatkan infrastruktur pembayaran yang disediakan fintech.
Pendampingan dan edukasi dari berbagai pihak turut melengkapi upaya ini untuk memperkuat daya saing UMKM.
AI dan Pertahanan Siber
Peran ganda Artificial Intelligence (AI) menjadi sorotan penting. AI dinilai sebagai enabler inovasi sekaligus sumber ancaman siber baru.
Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata BSSN, Edit Prima, menegaskan, “Bicara keamanan siber, bicara AI tentu kita harus siap dengan serangan-serangan yang sudah berbasis AI, nah terus bagaimana caranya menghadapinya? Ya tentunya dengan AI juga.”
Edit menekankan pentingnya berbagi intelijen ancaman sebagai pertahanan kolektif. Kolaborasi antar lembaga seperti OJK, BI, BSSN, Komdigi, dan PPATK kini difokuskan pada langkah nyata, termasuk pemblokiran URL berbahaya dan penguatan regulasi.
Peran Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) seperti Privy juga dianggap krusial dalam menyediakan autentikasi identitas dan keamanan dokumen digital.
Load more