Target 1 Juta Barel per Hari, ESDM Siapkan 3 Strategi untuk Dongkrak Produksi Minyak Nasional: Termasuk Aktifkan 4.495 Sumur Idle
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Pemerintah Indonesia saat ini tengah mencari berbagai cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini menjadi beban neraca perdagangan.
Salah satu langkah yang mesti ditempuh adalah mendorong peningkatan produksi minyak dalam negeri.
Oleh karena itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan tiga strategi utama guna mendongkrak volume produksi.
Hal itu disampaikan langsung oleh Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, saat membuka Musyawarah Nasional V Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) yang berlangsung di Jakarta, Kamis (11/7/2025).
Langkah pertama adalah optimalisasi teknologi dan teknik eksplorasi serta produksi, seperti metode fracking, enhanced oil recovery (EOR), dan pengeboran horizontal, guna mengangkat potensi dari sumur-sumur yang ada.
Strategi kedua yakni mengaktifkan kembali 4.495 dari total 16.990 sumur minyak yang saat ini tidak produktif (idle). Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan output minyak dalam waktu relatif singkat.
Sementara itu, strategi ketiga menyasar wilayah Indonesia Timur melalui kegiatan eksplorasi cadangan baru yang dinilai masih memiliki potensi besar.
"Kalau sumur baru, harus ada dukungan kepala daerah supaya proses perizinan dan lainnya bisa dipercepat," ujar Yuliot.
Lebih lanjut, Yuliot menyampaikan bahwa produksi minyak nasional pada tahun 2024 diperkirakan hanya mencapai rata-rata 580.000 barel per hari (bph), turun dari angka produksi 2023 yang tercatat sebesar 606.000 bph.
Untuk itu, pemerintah menargetkan produksi kembali naik menjadi 605.000 bph pada tahun 2025. Capaian ini hanya bisa diraih dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk asosiasi energi daerah.
"Dengan harapan, tahun 2030 tingkat produksi minyak Indonesia sudah mencapai satu juta barel per hari,"* kata dia.
Ia menegaskan, produksi minyak terus mengalami penurunan, sementara konsumsi dalam negeri mencapai 1,6 juta bph.
Hal ini membuat Indonesia harus mengimpor sekitar satu juta bph untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Mayoritas, sumur minyak yang beroperasi saat ini tergolong lapangan tua (mature field) dengan laju penurunan produksi alami (natural decline rate) cukup tinggi, yakni 15–20 persen setiap tahun.
"Produksi sumur tua kira-kira 1 sampai 2 bph. Kalau kegiatan ini dilakukan perusahaan KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) sangat tidak ekonomis," jelas Yuliot.
Load more