Koperasi Merah Putih: Jalan Menuju Keadilan Ekonomi yang Nyata dan Berkelanjutan
- Istimewa
Lebih jauh, Ibas menempatkan koperasi dalam kerangka geoekonomi dan geostrategi Indonesia. Di tengah krisis global—perang, inflasi pangan, hingga disrupsi rantai pasok—koperasi dapat menjadi pilar ketahanan ekonomi nasional. “Koperasi bukan hanya untuk keadilan ekonomi, tapi juga alat pertahanan ekonomi rakyat di tengah dunia yang penuh ketidakpastian,” tegasnya.
Ibas juga mengajak publik untuk belajar dari koperasi dunia seperti Mondragon (Spanyol), Fonterra (Selandia Baru), dan Zen-noh (Jepang). Ia menyebut bahwa mereka sukses bukan karena keberuntungan, tetapi karena menjalankan koperasi dengan skala besar, tata kelola profesional, dan dukungan penuh dari negara. “Pertanyaannya, kenapa mereka bisa dan kita belum? Karena kita belum serius menempatkan koperasi sebagai kekuatan ekonomi utama,” papar Ibas.
Di akhir sambutannya, Ibas mengajak seluruh peserta untuk menjadikan koperasi sebagai proyek strategis masa depan bangsa. “Hari ini koperasi Indonesia belum masuk 100 besar dunia. Tapi itu bukan takdir. Itu soal niat dan strategi. Koperasi bukan masa lalu—koperasi adalah masa depan kita,” pungkasnya.
Diskusi ini juga menyerap aspirasi dari berbagai pegiat koperasi. Ihsan Firdaus, CEO Smartcoop.id menyoroti pentingnya narasi baru koperasi. “Rebranding koperasi harus dimulai dari tokoh bangsa seperti Mas Ibas. Digitalisasi memang penting, tapi kolaborasi antarwilayah, keberadaan duta koperasi, dan lembaga pendidikan koperasi juga tak kalah krusial,” jelas Ihsan. (nsp)
Load more