Tarif Trump dari Masa ke Masa: Kebijakan yang Mengguncang Perdagangan Internasional
- Anadolu
Jakarta, tvOnenews.com - Pada April 2025, dunia kembali dikejutkan dengan kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Kebijakan ini, yang dikenal sebagai Liberation Day Tariffs, langsung memicu reaksi keras dari berbagai negara, termasuk Tiongkok, Uni Eropa, dan Indonesia.
Tarif baru ini bertujuan untuk menyeimbangkan perdagangan global dengan mengenakan pajak tinggi terhadap negara-negara yang dianggap menerapkan praktik perdagangan tidak adil terhadap Amerika Serikat.
Langkah ini memicu perang dagang baru yang memperburuk ketegangan ekonomi global, menyebabkan ketidakstabilan di pasar keuangan, serta meningkatkan biaya produksi dan harga barang konsumsi.
Indonesia, salah satu negara yang terkena dampak signifikan, menghadapi tarif ekspor sebesar 32 persen, yang mengancam daya saing produk nasional di pasar AS.
Untuk memahami dampak kebijakan ini, penting untuk melihat lebih jauh sejarah dan perjalanan Tarif Trump sejak pertama kali diterapkan.
Apa Itu Tarif Trump?
Tarif Trump adalah kebijakan tarif perdagangan yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump, selama masa jabatannya (2017–2021) dan diperbarui pada periode kedua kepemimpinannya pada 2025.
Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri Amerika Serikat dari persaingan luar negeri yang dianggap tidak adil, terutama dari Tiongkok, Uni Eropa, Meksiko, dan Kanada.
Latar Belakang dan Alasan Penerapan Tarif Trump
Donald Trump berpendapat bahwa perjanjian dagang yang ada sebelumnya merugikan Amerika Serikat dan menyebabkan defisit perdagangan yang besar. Pemerintahannya menilai bahwa tarif ini diperlukan untuk:
-
Mengurangi defisit perdagangan, terutama dengan Tiongkok.
-
Menekan praktik perdagangan tidak adil, termasuk pencurian kekayaan intelektual dan subsidi industri.
-
Meningkatkan lapangan kerja di sektor manufaktur dan baja.
-
Memperkuat keamanan nasional dengan mengurangi ketergantungan pada impor strategis.
Jenis Tarif Trump dan Barang yang Terdampak
Tarif Trump dikenakan pada berbagai kategori produk impor:
-
Perang dagang dengan Tiongkok dimulai pada 2018 dengan tarif yang terus meningkat hingga 2020, mencakup barang elektronik, suku cadang mobil, baja, aluminium, serta produk konsumen lainnya.
-
Tarif baja dan aluminium sebesar 25 persen dan 10 persen, diberlakukan melalui Section 232 dari Trade Expansion Act 1962.
-
Tarif terhadap Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko yang berdampak pada sektor pertanian, otomotif, dan logam.
Dampak Tarif Trump
Bagi AS
-
Industri baja dan aluminium mendapat keuntungan dari berkurangnya persaingan impor.
-
Kenaikan harga barang konsumsi karena biaya impor yang lebih tinggi.
-
Pembalasan tarif dari negara lain merugikan sektor pertanian dan manufaktur AS.
Bagi Ekonomi Global
-
Gangguan rantai pasokan global akibat biaya impor yang lebih tinggi.
-
Ketidakstabilan pasar keuangan akibat ketegangan dagang.
-
Pergeseran produksi ke negara-negara dengan tarif lebih rendah seperti Vietnam dan India.
Tarif Baru 2025: Liberation Day Tariffs dan Dampaknya bagi Indonesia
Pada April 2025, setelah kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menerapkan kebijakan tarif baru yang disebut Liberation Day Tariffs. Kebijakan ini mencakup:
-
Tarif dasar 10 persen untuk semua impor ke AS.
-
Tarif tambahan lebih tinggi untuk negara-negara dengan praktik perdagangan tidak adil.
-
Penghapusan pembebasan bea masuk untuk pengiriman bernilai rendah.
Dampak bagi Indonesia
-
Tarif 32 persen dikenakan pada produk ekspor Indonesia ke AS.
-
Sektor terdampak: tekstil, alas kaki, dan manufaktur yang bergantung pada ekspor ke AS.
-
Daya saing menurun akibat lonjakan tarif yang meningkatkan biaya produksi dan ekspor.
-
Negosiasi perdagangan kemungkinan akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengurangi dampak ini.
Tarif Trump telah berevolusi dari kebijakan awal pada 2018 hingga kebijakan baru pada 2025. Dampaknya terasa luas, termasuk bagi Indonesia yang kini menghadapi tarif 32 persen pada ekspor ke Amerika Serikat.
Dengan dinamika perdagangan global yang terus berkembang, strategi adaptasi dan negosiasi menjadi kunci untuk menghadapi perubahan ini. (nsp)
Load more