Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS melemah pada perdagangan Selasa, Selasa (22/10/2024). Rupiah tergelincir 63 poin atau 0,41 persen menjadi Rp15.567 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.504 per dolar AS.
Kurs rupiah melemah karena meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global mengenai isu kenaikan tarif impor Amerika Serikat (AS). Spekulasi itu hadir jika Donald Trump menang dalam Pemilihan Presiden AS pada November 2024.
“Pembalikan rupiah cenderung disebabkan oleh kekhawatiran mengenai prospek ekonomi global seiring munculnya kembali kekhawatiran atas kenaikan tarif impor AS jika Donald Trump menang dalam pemilu presiden AS November mendatang dan perkembangan ekonomi Tiongkok,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede.
Selain itu, pernyataan dari beberapa pejabat bank sentral AS atau Fed mendorong penguatan dolar AS. Salah satu pejabat Fed, Neel Kashkari, menyatakan bahwa ia mendukung laju pemotongan suku bunga kebijakan yang lebih lambat untuk kuartal ini.
Selain itu, ia mempertanyakan apakah suku bunga netral seharusnya lebih tinggi dari proyeksi Fed, dengan mempertimbangkan resiliensi indikator ekonomi AS.
Nada serupa mengenai suku bunga netral juga datang dari pejabat Fed lainnya, Mary Daly. Ia memperkirakan suku bunga netral mendekati 3 persen.
Pejabat Fed lainnya, Jeffrey Schmid, setuju pada laju pemotongan suku bunga kebijakan yang lebih lambat. Menurut Josua, pernyataan mereka menegaskan bahwa beberapa pejabat Fed mendukung pemotongan suku bunga kebijakan yang lebih lambat ke depannya dan suku bunga netral yang lebih tinggi.
Load more