Rupiah Melemah saat Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi RI Melesat pada Kuartal IV, Begini Prediksi Airlangga dan Purbaya
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan bergerak fluktuatif. Pada pembukaan perdagangan hari Jumat, 28 November 2025, rupiah ergerak melemah 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp16.641 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.636 per dolar AS.
Namun demikian, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2025. Proyeksi Menko Airlangga sedikit berbeda dengan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, yang memperkirakan ekonomi di akhir tahun mencapai 5,7 persen.
Pertumbuhan ekonomi kuartal IV bisa di atas 5 persen persisnya berada di rentang 5,4-5,6 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2025 akan diumumkan pada Februari 2026.
Oleh karena itu, pemerintah berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini. Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai stimulus, baik bantuan langsung tunai (BLT) maupun terkait dengan program-program yang diakselerasi termasuk bantuan beras dan bantuan minyak goreng.
Di lain pihak, Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, meyakini ekonomi di kuartal IV akan melonjak hingga di kisaran 5,7 persen. Sebab, kebijakan atau stimulus yang dilakukan pemerintah untuk menggenjot perekonomian berjalan dengan baik.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,04 persen pada kuartal III-2025, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yakni 5,12 persen. Namun, hal itu melebihi ekspektasi dari para ekonom sebelumnya antara 4,7-4,8 persen.
"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.630 - Rp 16.660," ujarnya.
Sebagai informasi, suksesi Ketua Fed menjadi Fokus Bloomberg, yang melaporkan minggu ini bahwa Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, dipandang sebagai kandidat terdepan untuk menjadi Ketua Fed berikutnya menggantikan Powell setelah masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.
Hassett dipandang sebagai sekutu dekat Presiden Donald Trump, dan secara luas diperkirakan akan melaksanakan tuntutan presiden untuk menurunkan suku bunga secara drastis bahkan lebih dari Powell.Â
Trump telah menyerukan penurunan suku bunga yang jauh lebih besar untuk mendorong perekonomian AS, meskipun The Fed sebagian besar menolak seruannya untuk berhati-hati atas inflasi yang stagnan.
Namun, beberapa pejabat The Fed mengatakan dalam seminggu terakhir bahwa pemotongan suku bunga untuk mendukung pasar tenaga kerja, lebih diutamakan daripada inflasi yang stagnan dan bahwa tekanan harga juga kemungkinan akan mereda dalam beberapa bulan mendatang. (rpi)
Load more