“Kita pakai obor dan seru untuk mengambil Laornya, waktu kita nyalakan obor di atas air nanti Laor itu
akan mengikuti cahaya, nah waktu itu barulah kita bisa tangkap Laor nya pakai seru,” kata Andi Madusa
(pencari Laor).
Tradisi Timba Laor diikuti oleh semua kalangan mulai dari orang tua, remaja hingga anak-anak, baik pria
maupun wanita.
“Datang dengan keluarga, hanya ingin senang-senang saja liat orang-orang ramai ambil Laor, seneng bisa
liat tradisi timba Laor karena hanya ada satu tahun sekali, sekalian bermain juga,” ujar Dini Kauri,salah seorang pengunjung.
Timba Laor sendiri dilakukan berdasarkan siklus perhitungan bulan dan matahari yang terjadi pada bulan
Maret, pada kawasan terumbu karang yang masih asri.
Pada waktu tersebut Laor yang sebelumnya tinggal di celah batu karang, muncul secara bersamaan ke
permukaan air yang dangkal.
Momen inilah yang kemudian mendatangkan rezeki tersendiri bagi warga untuk mengambilnya dan
dijadikan santapan lezat nan langka, sekaligus menjadi awal munculnya tradisi timba Laor pada
masyarakat pesisir ambon sejak ratusan tahun lalu.
Jika di Nusa Tenggara Barat, penangkapan Laor atau yang dikenal masayarakat lombok sebagai Bau
Nyale, bisa dilakukan dua kali dalam setahun.
Load more