Penghasilan Kasiyo sebagai tukang pijat tuna netra tidak menentu, karena setiap hari tidak pasti melayani pasien yang banyak. Meski begitu dirinya tetap bersyukur, dan tidak mengeluh.
“Jika mendapat 3 sampai 4 orang untuk dipijat, uangnya digunakan untuk keluarga. Jika lebih dari 4 pasien, digunakan sisanya digunakan untuk menabung. Jika sehari tidak ada pasien maka saya tidak mendapat penghasilan apa-apa,” tuturnya.
Pensiunan pegawai negeri sipil di Dinas Sosial Tabanan Bali ini mengaku mengalami kebutaan sejak usia 2 tahun karena sakit panas. Kemudian setelah dewasa dirinya menjadi pemijat dan kini menjadi instruktur pemijat bagi penderita tuna netra lainnya.
“Saya berharap di tanah suci bisa menunaikan ibadah dengan baik dan benar serta dimudahkan dan lancar. Saya berdoa selalu diberi kesehatan dan keselamatan, dan bisa pulang ke Bali dengan menjadi haji yang mabrur,” tandasnya. (msi/gol)
Load more