"Jawa Timur ini tertinggi dengan target akseptor hingga 15.000 orang di hari perdana ini," ungkapnya.
Sebelumnya dalam sambutannya, Hasto menjelaskan berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2022, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah sebesar 72,91%, naik 0,86%. Walaupun mengalami kenaikan secara global, IPM Indonesia masih berada di peringkat 114 lebih rendah dari negara berkembang lain. Rendahnya IPM Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya kesehatan penduduk (Kemenkes, 2009).
Masih Jadi Masalah Utama
Permasalahan kesehatan dalam pembangunan kependudukan masih menjadi masalah yang utama. Angka unmet need di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 16.8% dari target nasional sebesar 8% pada tahun 2022. Penggunaan kontrasepsi modern (Modern Contraceptive Prevalence Rate/mCPR) juga menurun dari 57,9 persen (SDKI 2012) menjadi 57,2 persen (SDKI 2017). Penurunan tertinggi bahkan terjadi pada segmen usia 15 tahun hingga 29 tahun yang merosot hingga 4%.
Diperkirakan dua penyebab utama menurunnya jumlah pengguna kontrasepsi modern, khususnya di kalangan kelompok usia produktif/pasangan usia muda adalah masih rendahnya pengetahuan pasangan muda terhadap kesehatan reproduksi dan kurangnya akses terhadap informasi yang akurat dan terpercaya mengenai alat kontrasepsi (khususnya alat kontrasepsi modern).
Data Survei Status Gizi Indonesia (2022) menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6 persen, masih di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu dibawah 20 persen. Oleh karena itu, Pemerintah menetapkan percepatan penurunan stunting menjadi Program Prioritas Nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Angka prevalensinya ditargetkan dapat diturunkan menjadi 14 persen di tahun 2024. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 mengamanatkan untuk melakukan pencegahan stunting dari Hulu agar setiap Calon PUS berada dalam kondisi ideal untuk menikah dan hamil.
Load more