Aceh Tamiang, tvOnenews.com – Banjir bandang yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang menyebabkan kerusakan parah di Pesantren Darul Mukhlisin, Kecamatan Karang Baru.
Hingga memasuki pekan ketiga pascabencana, area pesantren seluas sekitar lima hektare masih dipenuhi material kayu gelondongan, lumpur tebal, serta puing-puing bangunan yang belum dapat dievakuasi.
Berdasarkan pantauan di lokasi, banjir bandang membawa ribuan batang kayu dari aliran Sungai Aceh Tamiang hingga memenuhi seluruh kawasan Pesantren Darul Mukhlisin.
Sejumlah gedung santri dan santriwati mengalami kerusakan, sementara barang-barang milik pesantren serta para santri dilaporkan tidak sempat diselamatkan.
Lumpur masih menutupi hampir seluruh ruangan, termasuk lantai dua bangunan yang berada sekitar delapan meter dari permukaan tanah.
Ketinggian air saat banjir diperkirakan mencapai lebih dari 10 meter, bahkan disebut mendekati 12 hingga 13 meter. Bekas ketinggian air terlihat jelas di dinding bangunan pesantren.
Masjid As-Sunah yang berada di kompleks Pesantren Darul Mukhlisin juga terdampak dan hingga kini belum dapat difungsikan, meski bangunan utama masih berdiri kokoh. Akses menuju masjid terhambat tumpukan kayu dan lumpur dengan ketebalan mencapai pinggang orang dewasa.
Pesantren Darul Mukhlisin memiliki lebih dari 400 santri dan santriwati. Seluruh santri telah dipulangkan ke rumah masing-masing demi keselamatan setelah banjir terjadi.
Pengurus pesantren menyatakan bahwa seluruh santri dan tenaga pengajar berhasil dievakuasi sejak awal ketika air masih relatif rendah.
Pihak pesantren mengaku belum memiliki rencana konkret untuk membersihkan area pesantren karena keterbatasan sumber daya.
Mereka menyebut kondisi kerusakan terlalu masif untuk ditangani secara mandiri dan berharap adanya bantuan dari pemerintah, termasuk pengerahan alat berat untuk mengangkat material kayu dan lumpur.
Banjir bandang kali ini disebut jauh lebih besar dibanding peristiwa serupa yang pernah terjadi pada 2006, saat pesantren pertama kali berdiri.
Selain skala banjir yang lebih tinggi, jumlah material kayu yang terbawa arus juga dinilai jauh lebih banyak.
Selain pesantren, sejumlah fasilitas umum dan rumah ibadah di Aceh Tamiang juga dilaporkan terdampak.
Data sementara menyebut hampir 50 lokasi fasilitas pendidikan dan ibadah belum dapat dibersihkan hingga kini. Kondisi tersebut membuat aktivitas pendidikan di wilayah tersebut masih lumpuh.
Pihak Pesantren Darul Mukhlisin berharap pemerintah pusat maupun daerah dapat segera memberikan bantuan nyata agar proses pembersihan dan pemulihan dapat segera dilakukan.
Bantuan tersebut dinilai krusial agar aktivitas pendidikan dapat kembali berjalan dan para santri dapat melanjutkan proses belajar seperti sediakala.