Banjar, Jawa Barat – Tiga warga Tanjungsukur, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat, terluka akibat disengat tawon vespa. Koloni serangga itu bersarang di atap rumah salah satu penduduk.
Keberadaan tawon vespa di wilayah ini memang telah meresahkan masyarakat setempat. Apalagi ada tiga penduduk yang disengat dan salah satunya bahkan masih dirawat di rumah sakit. Karena dianggap membahayakan keselamatan, warga memutuskan untuk melapoor ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjar untuk membantu mengevakuasi sarang serangga tersebut.
Petugas pun langsung datang, Jumat malam, 12 Februari 2021. Dengan menggunakan pakaian khusus mereka naik ke atap rumah warga. Petugas mengasapi untuk melemahkan tawon vespa.
Setelah berjibaku selama beberapa waktu, mereka berhasil memindahkan sarang tawon dari atap rumah.
Petugas kemudian memusnahkan sarang tersebut dengan cara membakar.
Petugas BPBD mengimbau warga segera membersihkan sarang tawon saat ukurannya kecil, jangan menunggu koloninya bertambah banyak.
Mengenal Tawon Vespa
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Biologi menyebutkan tawon vespa atau tawon ndas (Vespa affinis) adalah serangga yang cenderung agresif dan berbahaya. Ukurannya kecil—sedang (27—30mm), sarangnya berukuran >60 sentimeter dan berada di tempat tinggi dan rendah.
Secara ekologis, tawon ini merupakan predator larva lepidoptera dan coleoptera .
Peneliti tawon Pusat Penelitian Biologi, Hari Nugroho menjelaskan kemungkinan penyebab outbreak populasi tawon di daerah pemukiman disebabkan hilangnya habitat alami tawon imbas pengalihan tata guna lahan, berkurangnya musuh alami atau predator tawon, perubahan iklim global dan faktor sumber makanan.
“Tawon agresif di siang hari, hal ini dikarenakan suhu yang hangat berpengaruh terhadap metabolisme tubuh tawon. Berbeda dengan kondisi dingin dan gelap mereka cenderung pasif”, ungkap Hari.
Dirinya mengungkapkan, sengatan hanya dilakukan tawon betina dan berfungsi utama sebagai alat berburu mangsa sekaligus alat pertahanan diri terakhir terhadap gangguan atau ancaman. ”Pada saat tawon menyengat, akan diikuti dengan dikeluarkannya zat kimia feromon yang berfungsi sebagai alarm bagi kawanannya bahwa ada ancaman terhadap koloni. Alarm ini akan mengundang tawon-tawon lain dalam satu koloni untuk ikut menyengat,” kata Hari.
Sih Kahono dari Pusat Penelitian Biologi juga menambahkan tawon bisa menyengat beberapa kali, berbeda dengan lebah madu yang hanya menyengat satu kali.
"Biasanya satu individu yang menyengat pertama mengeluarkan feromon berbahaya yang disebut attack pheromone dengan maksud untuk mengundang individu-individu lain dari satu koloni untuk ikut menyengat bersama sama", ujar Kahono.
Penanganan sengatan
Upaya penanganan dan pengendalian tawon perlu dilakukan secara tuntas hingga akar permasalahan. Pembasmian tawon cukup dilakukan hanya di lokasi yang membahayakan keselamatan manusia, sehingga tidak menimbulkan permasalahan ekologi. Upaya pemindahan sarang dapat rutin dilakukan, termasuk membuat sarang palsu untuk menekan munculnya sarang baru, membuat perangkap tawon di lokasi dengan populasi tinggi, dan membersihkan hingga tuntas sarang lama yang sudah kosong.
“Di samping itu penanganan secara local wisdom juga dapat menjadi solusi alternatif, namun tetap harus mengedepankan keselamatan dan sesuai prosedur”, imbuh Kahono.
Selain itu, hal praktis yang perlu diperhatikan masyarakat disaat menghadapi tawon adalah hindari memindahkan sarang yang berukuran besar tanpa pemantauan dari pihak yang berwenang.
“Selama masa outbreak tawon, lakukan pemeriksaan rumah dan lingkungan secara berkala dan jika terkena sengatan tawon dalam jumlah banyak segera hubungi rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat,” tutup Hari. (act)