Syafruddin Kambo: Perginya Sang Pemimpin Umat
- tim tvonenews.com
Setelah bergaul cukup rapat, bagi saya sumbangan terbesar Syafruddin adalah di lapangan pendidikan dan keagamaan. Bagi Syafruddin pendidikan adalah poros peradaban bangsa. Jalan pikirannya sangat jelas, cara untuk memperkuat bangsa adalah dengan membenahi terus menerus bidang pendidikan. Ia mendirikan ASFA Foundation yang dari namanya saja kita tahu diniatkan untuk menebar rahmat Islam ke alam semesta. Syafruddin sangat getol mengurusi berbagai kerja sama pendidikan dengan bangsa lain yang pendidikannya dianggap jauh lebih maju.
- Ist
Ia juga sesungguhnya seorang diplomat yang lihai. Cara Pak Syaf untuk membangun kerja sama dengan pendekatan keagamaan bagi saya sulit ditandingi. Ia misalnya, pernah mengajak sejumlah ulama dan cendikia, termasuk saya di dalamnya, mengunjungi China dan melihat kehidupan agama warga Uighur di perbatasan. Anehnya setelah kunjungi ke kaum Uighur yang sesungguhnya “sensitive” bagi pemerintahan China, setelahnya kerja sama pendidikan dengan otoritas politik dan keagamaan di negeri Tirai Bambu justru terbuka lebar. Saya kira Pak Syaf-lah yang membuka kebekuan diplomasi Indonesia-China dengan kejeliannya memasukan pendekatan keagamaan.
Mimpinya Syafruddin untuk memajukan pendidikan di Indonesia sangat besar. Dengan ASFA Foundation ia mencita-citakan melahirkan 1000 dokter, 5000 sarjana, 2000 master dan 200 dokter pesantren. “Bunga bunga bangsa ini harus berasal dari rahim keumatan, dari pesantren, lembaga pendidikan Islam, masjid hingga ormas Islam,” kata Pak Syaf pada suatu hari. Kenapa harus lahir dari rahim umat? Ternyata jawabnya berkaca dari sejarah.
Pada saya, Syafruddin seringkali menceritakan pemimpin pemimpin hebat umumnya berasal dari kawah candradimuka lembaga pendidikan Islam.
- Ist
Dengan fasih ia menyebut HOS Tjokroaminoto [1882-1934] yang merupakan jebolan Pesantren Tegalsari Ponorogo, K.H. Ahmad Dahlan [1868-1923] merupakan alumni pesantren yang diasuh K.H. Sholeh Darat [abad ke-19] Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari [1871-1947] merupakan lulusan sejumlah pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan Bung Karno pun mendapatkan penguatan tentang keislaman dan kebangsaan dari sejumlah lembaga pendidikan Islam yang dikelola Muhammadiyah pada 1930 di Bengkulu. Masih banyak lagi tokoh pendiri dan pembangun bangsa yang merupakan jebolan lembaga pendidikan Islam.
Load more