Kini diskusi soal ormas keagamaan mengelola tambang seolah hanya perkara fikih agama, sebatas hukum halal atau haram, tapi tidak ditempatkan dalam cakrawala kehidupan bermasyarakat yang lebih heterogen dan kontemporer. Bagaimana posisi energi fosil seperti batu bara dalam tata kelola energi terbarukan dewasa ini, misalnya? Bagaimana masyarakat dunia memandang energi batu bara saat ini? Energi fosil yang didapat dengan mengekstrak kekayaan alam adalah bagian “jiwa zaman” dua ratus tahun lalu. Ia muncul bersamaan dengan “revolusi industri” yang akhirnya melahirkan kolonialisme dan imperialisme. Energi batu bara adalah residu dari semangat zaman abad 19 dan 20.
Sejumlah negara di Eropa sudah meninggalkan sepenuhnya penggunaan energi batu bara untuk pembangkit listriknya karena kekotoran proses produksi dan pencemaran udara yang dihasilkannya. Negara negara di Asia yang paling rakus mengkonsumsi batu bara pun, seperti China dan India sangat gencar “mematikan” pembangkit listrik tenaga batu bara mereka.
Namun, kehilangan besar yang membuat saya gundah adalah kita kehilangan lagi kekuatan masyarakat sipil yang otentik, yang satunya kata dengan perbuatan. Barisan kelompok masyarakat yang berani menyampaikan kebenaran pada penguasa, karena posisinya netral, tak berpihak, selalu menjaga diri dari kekuasaan. (Ecep Suwardaniyasa Muslimin)
Load more