Habibie berkisah, ketika itu Ia berusia 13 tahun. Peristiwa 48 tahun yang lalu, tiba-tiba terbayang kembali. Ia masih dapat merasakan dan melihat sewaktu ayahnya sujud sambil mengucapkan: Allahu Akbar.
"Ayah meninggalkan kami untuk selama-lamanya menghadap Allah SWT, di hadapan kami sekeluarga yang sedang shalat." kenang Habibie.
"Apakah nasib saya akan seperti almarhum ayah kandung saya, berpisah dengan keluarga untuk selama-lamanya di hadapan istri, anak, dan cucu? Ataukah nasib
kami sekeluarga akan berakhir seperti keluarga Tsar Romanov dari Rusia?
Mengapa harus demikian? Apa yang harus saya laksanakan? Tiap orang yang beragama dan percaya pada eksistensi Tuhan YME percaya bahwa hidup dan mati seseorang ditentukan oleh Allah SWT Yang dikehendaki Tuhan YME adalah yang terbaik dan pasti akan terjadi." tulis Habibie.
Baca Juga: Langkah Habibie yang Tak Boleh Diketahui Siapapun, Bahkan Ainun
Habibie pasrah, Ia terima apa adanya dan dengan tenang menghadapi semuanya tanpa bertanya: Kenapa? Mengapa? Bagaimana? Karena semua Ia laksanakan dengan iktikad dan niat membantu memperbaiki nasib dan masa depan bangsa Indonesia yang saya sangat cintai.
Sambil mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Habibie meninggalkan ruang kerja Presiden didampingi beberapa perwira tinggi dan perangkat pengamanan militer lengkap dengan senjata mereka.
"Para perwira pengamanan itu, kecuali Letjen Sintong Panjaitan, baru saya lihat wajahnya, sebagian besar tidak saya kenal." ungkap Habibie.
Load more