Fakta Kakao di Bali: Potensi Ekspor Tinggi, Namun Terkendala Usia Tanaman di Atas 20 Tahun
- tvOnenews.com/Dean Pahrevi
Jakarta, tvOnenews.com - Pemerintah Provinsi Bali tengah berupaya keras meningkatkan produktivitas komoditas andalan daerahnya, yakni kakao, yang selama ini dikenal memiliki kualitas premium di pasar internasional.
Langkah strategis yang diambil adalah mengajukan permohonan peremajaan tanaman kepada pemerintah pusat, mengingat banyaknya pohon kakao yang sudah tidak produktif akibat faktor usia.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Dewa Ayu Nyoman Budiasih, mengungkapkan bahwa fokus peremajaan itu ditujukan untuk dua wilayah sentra produksi utama.
"Kami mohon benih ke pusat untuk di Kabupaten Jembrana dan Tabanan, sudah mengajukan melalui e-proposal," ujar Budiasih di sela-sela diskusi media di Kuta, Badung, Senin (24/11).
Menurut Budiasih, urgensi peremajaan ini muncul karena mayoritas tanaman kakao di Pulau Dewata telah berusia di atas 20 tahun dan dalam kondisi rusak.
Berdasarkan data tetap tahun 2024, total luas perkebunan kakao di Bali mencapai 13.398 hektare yang tersebar di delapan kabupaten.
Namun, dari luasan tersebut, tercatat 2.087 hektare lahan masuk dalam kategori tanaman rusak atau tidak menghasilkan. Kerusakan terparah teridentifikasi di Kabupaten Jembrana seluas 1.114 hektare dan Tabanan seluas 498 hektare.
Kondisi tanaman yang menua itu berdampak langsung pada angka produksi. Saat ini, rata-rata produktivitas kakao Bali berada di angka 461 kilogram per hektare per tahun.
"Hasil produktivitas di Bali rata-rata masih rendah, di bawah 500 kilogram per hektare per tahun kecuali Jembrana yang 687 kilogram karena kebanyakan (tanaman) sudah tua di atas 20 tahun," jelasnya.
Meski demikian, potensi pengembangan emas cokelat ini masih terbuka lebar. Budiasih mencatat terdapat potensi perluasan lahan baru sekitar 2.417 hektare, dengan rincian 2.057 hektare di Tabanan dan 359 hektare di Jembrana.
Upaya pembenahan ini dinilai krusial mengingat posisi Bali sebagai penghasil kakao premium yang telah diakui Dewan Kakao Indonesia.
Biji kakao dari Bali telah menembus pasar ekspor negara-negara maju seperti Prancis, Belanda, Belgia, Inggris, Jepang, hingga Australia. (ant/dpi)
Load more