- ANTARA
IHSG Turun Tipis Hari Ini, Pasar Mulai Merespon Realisasi Damai AS dan China
Jakarta, tvOnenews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah pada akhir perdagangan Rabu (11/6/2025).
IHSG ditutup melemah 8,28 poin atau 0,11 persen ke posisi 7.222,46. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 2,33 poin atau 0,29 persen ke posisi 810,47.
Menurut analis, pelemahan level IHSG terjadi di tengah Amerika Serikat (AS) dan China telah mendekati kesepakatan perdagangan.
"Bursa regional Asia menguat seiring pelaku pasar merespon Amerika Serikat (AS) dan China yang mencapai konsensus untuk merealisasikan kesepakatan meredakan perang dagang," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas.
Diketahui, negosiator dari AS dan China menghasilkan kesepakatan kerangka kerja, yang ditujukan untuk mengimplementasikan konsensus Jenewa, dan memajukan komitmen yang dibuat selama panggilan presiden baru-baru ini.
Berdasarkan kerangka kerja itu, China diharapkan akan melonggarkan pembatasan ekspor mineral tanah jarang dan magnet, sementara AS mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan ekspor teknologi canggih ke China.
Sementara itu, kedua negara akan meminta persetujuan akhir dari pemimpin masing-masing sebelum melanjutkan, yang mana kesepakatan itu telah meningkatkan harapan di kalangan investor bahwa akan dapat membantu meredakan perang dagang yang sedang berlangsung antara ekonomi-ekonomi terkemuka dunia.
Dari dalam negeri, pelaku pasar khawatir pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia memberikan gambaran bagaimana ekonomi Indonesia dalam kurun waktu dua tahun ke depan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonominya
Bank Dunia dalam global economic prospect Juni 2025 mengungkapkan bahwa diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 dan 2026 di bawah 5 persen.
Bank Dunia memproyeksikan tahun 2025 ekonomi Indonesia tumbuh 4,7 persen dan di level 4,8 persen pada 2026, terdampak gejolak ketegangan dagang yang dipicu oleh perang tarif tinggi maupun ketidakpastian kebijakan pemerintah dunia saat ini telah menyebabkan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian, ekonomi nasional akan menghadapi tantangan dalam mencapai target pertumbuhan.
(ant/vsf)