- Chris Szagola-AP News
Tak Cuma Pukul Industri, Tarif Resiprokal AS Bisa Buat Rupiah Terdepresiasi: Dampaknya Kemana-mana
Jakarta, tvOnenews.com – Kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) yang dicetuskan Donald Trump bisa menjadi pukulan telak untuk ekonomi Indonesia.
Tidak hanya pukul sektor industri dan perdagangan, tarif Trump ini juga akan dapagt membuat nilai tukar rupiah kian terpuruk.
Hal ini disampaikan langsung oleh Ekonom senior dari Indef, Fadhil Hasan, yang melihat efek dari kebijakan ini patut diwaspadai karena berpotensi membuat rupiah semakin tertekan terhadap dolar AS.
“Untungnya kan sekarang ini kita masih libur, sehingga kita belum mengetahui secara persis setelah adanya kebijakan ini, dalam short term itu gimana dampaknya terhadap nilai tukar rupiah itu, walaupun kemarin kita mengetahui bahwa memang ada sedikit pelemahan, walaupun kemudian katanya kemarin itu ada sedikit menguat kembali,” ucapnya dalam Diskusi Publik “Waspada Genderang Perang Dagang” yang digelar Indef di Jakarta, Jumat (4/4/2025).
Fadhil menjelaskan, tarif baru ini akan membuat harga produk impor di AS semakin mahal kemudian bisa memicu inflasi di sana.
Jika inflasi naik, maka The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga atau setidaknya menahan diri untuk tidak menurunkannya.
Jika suku bunga The Fed naik, maka Indonesia dan negara berkembang lain bisa kena dampaknya.
Salah satunya adalah capital outflow alias aliran modal keluar dari Indonesia, karena investor jadi lebih tertarik sama obligasi AS yang lebih menguntungkan.
“Ini yang kemudian saya kira menyebabkan terjadinya depresiasi lebih lanjut daripada nilai tukar rupiah kita. Itu kan spillover-nya kemana-mana, kepada hutang, kepada fiskal kita, dan seluruhnya. Jadi, saya kira selain dampak perdagangan, tapi juga dampak terhadap depresiasi nilai tukar rupiah dan yang lainnya itu juga perlu kita antisipasi,” lanjutnya.
Dari sisi perdagangan, Fadhil menyebut dampaknya ke Indonesia masih tergolong moderat.
Produk yang bakal kena imbas antara lain tekstil, garmen, alas kaki, dan kelapa sawit. Total ada sekitar 10 produk ekspor utama RI yang terdampak tarif ini.
Tapi karena kebijakan tarif ini juga berlaku untuk banyak negara lain, termasuk pesaing seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand, maka tekanan yang dirasakan Indonesia masih bisa ditoleransi. Artinya, bukan cuma RI yang terdampak, jadi persaingannya tetap terbuka.
Saat ini, AS adalah mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia setelah China. Sekitar 10,5% ekspor Indonesia dikirim ke Negeri Paman Sam. RI juga mencatatkan surplus perdagangan dengan AS sebesar USD16,8 miliar.
Kebijakan tarif diumumkan Presiden Donald Trump pada Rabu (2/4). Trump mengumumkan setidaknya ada kenaikan tarif sebesar 10% terhadap berbagai produk dari banyak negara, termasuk Indonesia.
Dalam daftar negara yang terkena tarif tinggi, Indonesia berada di posisi ke-8 dengan tarif sebesar 32%. Selain itu, ada sekitar 60 negara lain yang dikenai tarif timbal balik—setengah dari tarif yang mereka kenakan terhadap AS.
Di Asia Tenggara, bukan hanya Indonesia yang kena getah pahitnya. Ada juga Malaysia dengan kenaikan tarif 24%, Kamboja 49%, Vietnam 46%, dan Thailand 36%.
Trump menyebut kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja di AS.
Dalam pengumuman yang disampaikan Trump di acara bertajuk “Make America Wealthy Again” di Rose Garden, Gedung Putih, ia menegaskan bahwa negara-negara lain sudah terlalu lama mengambil keuntungan dari AS lewat perdagangan yang menurutnya tidak adil. (ant/rpi)