news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Ilustrasi Bitcoin.
Sumber :
  • tvOnenews.com/Wildan M.

Koreksi Bitcoin di Level 80.000 Dolar AS: Peluang Strategis bagi Investor di Tengah Ketidakpastian Pasar

Koreksi Bitcoin di $80.000 jadi peluang bagi investor sebagai lindung nilai inflasi. Strategi akumulasi dan diversifikasi bisa meningkatkan potensi profit.
Rabu, 12 Maret 2025 - 09:35 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Koreksi harga Bitcoin di kisaran 80.000 dolar AS dipandang sebagai peluang strategis bagi investor institusional yang memandang aset kripto ini sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. 

Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menyatakan bahwa meskipun koreksi ini menimbulkan tekanan di pasar kripto, kondisi tersebut bisa dimanfaatkan untuk strategi akumulasi di tengah situasi ekonomi global yang masih bergejolak.

Fahmi menjelaskan bahwa penurunan harga Bitcoin saat ini merupakan dampak dari penyesuaian portofolio besar-besaran di kalangan investor dan manajer aset. Sentimen negatif ini turut dipicu oleh kinerja buruk pasar saham Amerika Serikat (AS), yang kehilangan nilai sebesar 4 triliun dolar AS dalam satu hari pada perdagangan Senin (10/3).

Tiga indeks utama Wall Street, yaitu S&P 500, Nasdaq, dan Dow Jones Industrial Average, masing-masing mencatat penurunan lebih dari 2 persen dalam sehari. Sektor teknologi menjadi salah satu yang paling terdampak, dengan indeks teknologi S&P 500 turun 4,3 persen. Saham Apple dan Nvidia masing-masing terkoreksi sekitar 5 persen, sementara Tesla anjlok lebih dari 15 persen.

“Penurunan ini mencerminkan adanya ketidakpastian ekonomi yang tinggi dan kekhawatiran terhadap potensi resesi di AS. Koreksi Bitcoin dalam konteks ini menjadi wajar, karena pasar kripto masih memiliki korelasi yang kuat dengan pergerakan saham teknologi,” ujar Fahmi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (12/3).

Fahmi menilai bahwa meskipun Bitcoin mengalami tekanan jangka pendek, dalam jangka panjang aset ini berpotensi menjadi instrumen lindung nilai (hedge) yang efektif terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Kondisi stagflasi—yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat, inflasi tinggi, dan ketidakpastian kebijakan fiskal—menjadikan Bitcoin sebagai alternatif menarik bagi investor institusional.

Laporan inflasi Consumer Price Index (CPI) AS yang akan dirilis pada 12 Maret 2025 menjadi katalis penting yang bisa memengaruhi sentimen pasar. Proyeksi sementara menunjukkan kenaikan sebesar 0,23 persen, lebih rendah dari kenaikan Januari sebesar 0,5 persen. Namun, inflasi tahunan AS diperkirakan masih berada di angka 3 persen, cukup jauh dari target The Fed sebesar 2 persen.

“Jika Bitcoin semakin dipandang sebagai pelindung nilai terhadap inflasi, maka permintaan dari investor institusional berpotensi meningkat. Ini bisa mendorong harga Bitcoin kembali menguat dalam jangka menengah hingga panjang,” jelas Fahmi.

Sementara Bitcoin berpotensi bangkit sebagai instrumen lindung nilai, Fahmi memperingatkan bahwa altcoin, terutama yang terkait proyek AI dan teknologi, cenderung lebih rentan terhadap koreksi yang lebih dalam. Hal ini disebabkan oleh valuasi yang terlalu tinggi dan korelasinya dengan saham teknologi AS seperti Nvidia dan Apple.

Namun, bagi investor yang mengutamakan fundamental aset, Fahmi menyarankan untuk fokus pada kripto dengan kapitalisasi pasar besar (blue chip), karena potensi pertumbuhannya lebih stabil.

“Platform seperti Reku menawarkan fitur Packs yang memungkinkan diversifikasi aset kripto dan saham AS unggulan, sehingga bisa menjadi strategi efektif untuk menghadapi volatilitas pasar,” tambahnya.

Selain itu, investor yang ingin memanfaatkan volatilitas pasar juga dapat menggunakan fitur Futures dengan opsi Long atau Short dan leverage hingga 25 kali untuk mengoptimalkan potensi keuntungan.

Fahmi menyoroti bahwa langkah pemerintahan Trump untuk melegalkan Strategic Bitcoin Reserve di AS juga bisa menjadi katalis positif bagi legitimasi Bitcoin di mata investor tradisional maupun negara lain yang tengah mengeksplorasi langkah serupa.

“Jika Bitcoin diakui sebagai bagian dari cadangan strategis AS, maka ini akan memperkuat posisi Bitcoin sebagai instrumen keuangan yang sah di tingkat global,” ungkap Fahmi.

Dengan kombinasi antara ketidakpastian ekonomi global dan potensi penerimaan Bitcoin secara institusional, investor yang mengadopsi strategi akumulasi pada saat koreksi bisa memperoleh keuntungan signifikan dalam jangka panjang.

Meskipun pasar kripto tengah mengalami tekanan akibat koreksi harga Bitcoin di level 80.000 dolar AS, situasi ini membuka peluang strategis bagi investor institusional yang memandang Bitcoin sebagai instrumen lindung nilai. 

Dengan strategi diversifikasi yang tepat dan memanfaatkan fitur leverage di platform perdagangan, investor berpotensi meraih keuntungan di tengah dinamika pasar yang penuh tantangan. (ant/nsp)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

01:02
02:56
15:03
10:35
06:54
01:00:11

Viral