- tim tvonenews
Ratu Adil
Di sana tampak Soekarno menangkap Ratu Adil bukan sebagai mitos atau khayalan, tapi sebagai ”harapan” yang riil ada di dalam hati wong cilik yang menderita dan mencita-citakan pembebasan.
”Kalau rakyat mengira Ratu Adil itu telah muncul, itu tak lain tak bukan karena hati rakyat yang menangis itu, tak henti-hentinya, tak habis-habisnya menunggu-nunggu atau mengharap-harapkan datangnya pertolongan, sebagaimana orang yang berada dalam kegelapan tak henti-hentinya pula saban jam, saban menit, saban detik, menunggu-nunggu dan mengharap-harap: 'kapan, kapankah matahari terbit?'”
Nah, Prabowo yang unggul dengan 96.214.691 suara, menang tebal di 36 provinsi dari 38 provinsi yang ada di Indonesia, punya peluang menjawab pertanyaan laten soal “kapan matahari terbit?” Kapan ratu adil yang membawa masyarakat adil dan makmur akan tiba?”
Agaknya rakyat sudah bosan mengalami zaman edan. Jika zaman edan di masa lampau adalah saat penderitaan rakyat begitu tak tertanggungkan akibat penjajahan Belanda, zaman edan saat ini adalah kemiskinan hidup rakyat kecil yang digerogoti oleh budaya korupsi kaum elit dan priyayi.
Rakyat ingin kekacauan segera hilang digantikan zaman baru yang penuh dengan kenormalan.
Demikian, untuk para pemenang negeri ini selalu memanggil manggil untuk terus didefinisikan ulang. Saatnya para pemenang menulis sejarah Indonesia yang lebih adil terbuka dan demokratis. Sebab. menjadi Indonesia adalah sesuatu yang belum selesai atau tak pernah selesai. Ia adalah kata kerja.
Sebab, saya yakin, bagi Prabowo---juga sebenarnya bagi kita semua—tanah air ini bukan sekedar sebuah tempat tinggal, Indonesia adalah sebuah amanat.
Dan amanat tersebut adalah mewujudkan harapan rakyat kecil yang telah lama terlunta lunta. Harapan untuk lepas dari penderitaan dan kemiskinan. Karena telah begitu banyak orang yang sudah berkorban memperjuangkan cita cita dan harapan itu.
Bagi rakyat kecil harapan itu sebenarnya tidak terlampau muluk. Ia juga bukanlah emosi yang datang dan pergi sesaat. Bagi rakyat kecil, memelihara harapan adalah energi untuk hidup, semangat untuk terus berjuang di dunia yang fana ini. Ia nafas optimisme, bukan keluhan pesimisme. Jadi, seandainya kemenangan politik ini bisa menjauhkan wong cilik ini dari penindasan, penderitaan, kemiskinannya sudah cukup lah dikatakan ”Politik Ratu Adil” sudah terwujud. (Ecep Suwardaniyasa Muslimin)