news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sumber :
  • Tim tvOnenews/Abdul Gani Siregar

Ekspor RI Tembus US$24,6 Miliar, Airlangga Ungkap Masalah Besar di Perdagangan: Kita Kasih Makan Pihak Lain

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyoroti masih tingginya biaya logistik dan skema perdagangan yang merugikan Indonesia, meskipun ekspor nasional tercatat positif pada bulan ini.
Rabu, 2 Juli 2025 - 12:56 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyoroti masih tingginya biaya logistik dan skema perdagangan yang merugikan Indonesia, meskipun ekspor nasional tercatat positif pada bulan ini.

“Ekspor kita di bulan ini sebesar US$24,61 miliar dan impor sebesar US$20,31 miliar. Di tengah ekspor yang positif, PMI kita turun ke 47,4 persen. Ini menunjukkan bahwa para industriawan agak pesimis, khawatir,” kata Airlangga, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (2/7/2025).

Namun, Airlangga menilai data ekspor masih menjadi alasan untuk tetap optimistis.

“Kalau kita lihat dari ekspor, seharusnya kita tetap optimis. Dan kita bisa terus ekspor karena logistik kita bisa bersaing. Walaupun logistik ini perlu diberikan penghematan lebih,” imbuhnya.

Saat ini, rasio biaya logistik Indonesia masih berada di kisaran 14,29 persen. Airlangga menekankan bahwa ada peluang besar menurunkan biaya ini agar daya saing ekspor semakin meningkat.

“Bayangkan kalau dari 14 persen ke 10 persen saja itu nilainya sudah luar biasa. Kalau 4 dibagi 10 ke 40 persen. Itu bisa mengompensasi peran tarif yang di-charge dalam tanda petik temporary charging kan 10 persen,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Airlangga menyoroti persoalan skema perdagangan ekspor-impor yang membuat neraca perdagangan Indonesia kerap terlihat kurang menguntungkan.

“Kita harus mengubah terms of trade kita dari ekspor FOB, impor CIF. Ini sama-sama sektor jasa kita serahkan kepada pihak lain. Ini yang harus kita jaga,” tegasnya.

Menurut Airlangga, model ekspor Free on Board (FOB) dan impor Cost, Insurance, and Freight (CIF) merugikan Indonesia karena nilai jasa seperti asuransi dan pengangkutan masuk ke negara lain.

Hal ini menyebabkan perbedaan data perdagangan antara Indonesia dan negara mitra seperti Singapura, China, hingga Amerika Serikat.

“Kalau ekspor kita FOB, impor CIF, kan kita kasih makan kepada pihak lain,” ujarnya.

Airlangga menilai reformasi skema logistik dan kontrak ekspor dapat menekan biaya logistik dan meningkatkan daya saing jangka panjang.

“Kalau bisa dikerjakan secara matang itu kan semuanya bisa long term contract, tidak spot. Kita bisa lebih kompetitif juga kalau berbagai cost kita turun,” tandasnya. (agr/ree)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

16:39
05:06
00:56
02:33
00:57
00:57

Viral