Cedera, Tekanan, dan Masa Depan: Marc Marquez Bongkar Beban Besar Jelang MotoGP 2026
- Facbook/MotoGP
Jakarta, tvOnenews.com - Marc Marquez kini tengah memusatkan perhatian untuk kembali berburu gelar juara dunia pada MotoGP 2026.
Namun, isu mengenai masa depannya di musim 2027 justru ikut memanas, mengingat kontraknya bersama Ducati Lenovo Team hanya berlaku sampai akhir tahun depan, tepat saat ia memasuki usia 33 tahun.
- Instagram.com/ducaticorse
Saat ini, Marquez masih fokus menjalani rehabilitasi setelah mengalami cedera bahu kanan akibat tertabrak Marco Bezzecchi di lap pertama MotoGP Indonesia di Mandalika, Oktober lalu.
Meski demikian, ia bertekad pulih sepenuhnya sebelum musim baru dimulai.
Dalam wawancaranya bersama salah satu media asing, Marquez menyampaikan bahwa kondisi bahunya terus menunjukkan perkembangan positif.
Namun, demi bisa tampil kompetitif di tes pramusim Malaysia pada awal Februari 2026, ia harus mengesampingkan rencana liburan musim dingin.
“Pemulihan bahu kanan saya berjalan baik. Selama saya menaati arahan dokter, semuanya akan terkendali. Tapi saya harus merelakan liburan, karena prioritas utama saya adalah kembali fit saat musim dimulai,” ujar Marquez.
Ia menegaskan bahwa persiapan matang adalah kunci untuk kembali menjadi juara.
“Saya ingin menyambut 2026 dengan kondisi terbaik demi meraih kemenangan lagi. Itu sudah menjadi tuntutan saya sendiri. Tapi saya juga sadar tekanan besar akan datang, karena ada tiga sampai empat rider yang sangat kuat,” tambahnya.
- Ducati Corse
Sementara itu, bursa transfer untuk musim 2027 mulai menggeliat. Sejumlah pembalap sudah membuka negosiasi dengan berbagai tim.
Saat ditanya mengenai langkah yang akan ia ambil bila berhasil mengoleksi 10 gelar dunia, Marquez memberikan jawaban diplomatis.
“Kita lihat saja nanti bagaimana jalan ceritanya. Banyak hal yang harus saya pikirkan. Keinginan untuk terus balapan ada, tetapi saya harus mendengarkan sinyal tubuh saya. Masih banyak hal yang belum pasti,” ungkapnya.
Ia juga mengakui bahwa kecelakaan yang sering dialaminya membuat faktor fisik harus menjadi bahan pertimbangan serius.
"Itu hal wajar. Atlet seperti saya mendorong tubuh sampai batasnya. Banyak atlet besar yang harus berhenti bukan karena kurang motivasi atau masalah mental, tapi karena tubuh mereka sudah tak sanggup menahan tekanan cedera,” tutupnya.
(aes)
Load more