Teks Khutbah Jumat Singkat 9 Mei 2025: Haji Bukan Lagi sekadar Status Sosial, Tapi Bukti Nyata Hamba Sejati
- Andryanto/Media Center Haji 2024
Untuk itu, kita wajib menanamkan niat melaksanakan haji harus bersumber dari keikhlasan, bukan dorongan popularitas atau status.
Kaum muslimin rahimahumullah
Alhamdulillah, khatib telah menjelaskan sedikit esensi dari haji. Kini bergeser Haji merupakan ibadah yang selalu menjadi identitas sosial.
Di tengah masyarakat kita, muncul tradisi menyematkan gelar "Pak Haji" atau "Bu Haji/Bu Hajah" setelah seseorang menunaikan haji.
Sangat jarang, orang yang mendapat gelar itu merasa tidak bangga. Rata-rata, predikat tersebut menjadi kebahagiaan pribadi atau bahkan alat untuk mendapatkan kehormatan duniawi.
Padahal dalam salah satu hadis riwayat shahih dari Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil: yaitu riya." (HR. Ahmad).
Kita harus berhati-hati mengenai riya dalam ibadah, termasuk dalam pelaksanaan haji. Sifat ini sangat berbahaya bisa menjerumuskan pahala dihapuskan oleh Allah SWT dan menjauhkan seseorang dari haji mabrur.
Ibadallah,
Jika kebutuhan mendapat status sosial, maka khatib akan menjelaskan bagaimana cara menunjukkan penghambaan total dalam ibadah haji.
Setiap rangkaian haji sejatinya adalah latihan ketundukan dan kepasrahan. Contoh kegiatan tersebut misalnya dari tawaf mengelilingi Ka'bah.
Kemudian, jemaah haji seluruh dunia akan melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah, wukuf di Arafah, hingga melontar jumrah. Semua rangkaian itu menggambarkan ketaatan mutlak kepada Allah SWT.
Haji mengingatkan kita pada keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail yang tunduk total pada perintah Ilahi, meski harus mengorbankan hal yang sangat dicintai.
Lantas, apabila sudah mengerjakan semua rangkain secara sempurna, maka akan mendapat haji mabrur. Namun, di sini khatib akan menerangkan tentang makna akhlak dan perubahan diri dari hasil predikat tersebut.
Sebagaimana dalam hadis riwayat singkat yang shahih, Rasulullah SAW bersabda:
"Haji yang mabrur tidak ada balasannya selain surga." (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, haji mabrur bukan dinilai dari mewahnya pakaian ihram atau banyaknya oleh-oleh, melainkan dari akhlak yang membaik.
Tak hanya itu, keberhasilan mendapat haji mabrur dari ibadah yang semakin rajin, dan kepedulian sosial yang meningkat setelah pulang haji.
Load more