"Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi." (HR. Bukhari & Muslim).
Dalam Surat Al-Ahqaf Ayat 15, mudik juga menjadi kesempatan bagi kita untuk berbakti kepada orang tua (birrul walidain), Allah SWT berfirman:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya..." (QS. Al-Ahqaf, 46:15).
Dengan pulang ke kampung halaman, kita tidak hanya sekadar melepas rindu, tetapi juga menunjukkan kepedulian dan rasa hormat kepada orang tua serta keluarga besar.
Esensi kedua adalah mudik dan refleksi perjalanan hidup. Mudik identik melakukan perjalanan yang mengingatkan kita bahwa hidup ini juga merupakan perjalanan menuju akhirat, Allah SWT berfirman:
وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌۗ وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
Artinya: "Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah senda gurau dan permainan. Sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya seandainya mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut, 29:64)
Sebagaimana kita mempersiapkan bekal untuk perjalanan mudik, kita juga harus menyiapkan bekal amal saleh untuk perjalanan ke akhirat.
Dengan demikian, mudik bukan hanya tentang kembali ke rumah, tetapi juga menjadi refleksi untuk kembali kepada Allah dengan taubat dan amal kebaikan.
Kaum muslimin rahimahumullah
Khatib akan membahas seputar apa saja adab dan etika dalam mudik agar menjadi berkah yang didapatkan dalam menyemarakkan hari kemenangan setelah berakhirnya Ramadhan.
1. Niat yang Benar dalam Mudik
Load more