يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah
Kini kita telah berada di penghujung bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh ampunan dan keberkahan. Hari-hari yang penuh rahmat ini akan segera berlalu.
Maka, marilah kita bertanya pada diri kita sendiri, sudahkah kita memanfaatkan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya? Sudahkah dosa-dosa kita diampuni? Ataukah kita masih lalai dalam menjalankan ketaatan?
Saya selaku khatib tak lupa mengajak kita semua senantiasa bersyukur atas kehadirat Allah SWT telah melimpahkan rezeki kepada kita hingga detik ini untuk bisa menyelesaikan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Marilah kita mengucap sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Ma'asyiral muslimin rahimahumullah
Umat Islam di Indonesia memiliki tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman di penghujung Ramadhan. Fenomena ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga memiliki nilai spiritual.
Sebagaimana Islam mengajarkan pentingnya silaturahmi, birrul walidain (berbakti kepada orang tua), dan menjaga hubungan antar sesama.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, saya mengajak marilah kita sedari sekarang merenungkan hikmah dan adab dalam perjalanan mudik.
Terkait hikmah dan makna spiritual mudik terdapat beberapa bagian yang perlu kita pahami bersama. Sebab, mudik tidak selalu berarti pulang kampung, tetapi juga memiliki esensi lainnya.
Esensi pertama adalah mudik sebagai wujud silaturahmi dan Birrul Walidain. Dalam Islam, silaturahmi memiliki kedudukan yang tinggi, sebagaimana dalam hadis riwayat, Rasulullah SAW bersabda:
Load more