Tak Sangka Ragnar Oratmangoen 'Muak' sama Budaya Orang Belanda, Pemain Muslim Timnas Indonesia Ini Lebih Nyaman di Tanah Air

Jakarta, tvOnenews.com- Ragnar Oratmangoen salah satu pemain naturalisasi Timnas Indonesia yang lahir di Belanda. Besar di sana ternyata ada budaya yang buatnya muak. 

Secara umum, kebanyakan orang Belanda memiliki budaya berbeda dengan Indonesia. Ragnar Oratmangoen, pemain muslim Timnas Indonesia itu merasa tak nyaman.

Budaya orang Belanda yang dimaksud Ragnar Oratmangoen ialah mudah sekali untuk menjudge atau menghakimi seseorang.

Sumber :

• dok.Antara

Terlebih kata Ragnar yang disapa Wak Haji itu sebut dalam hal perbedaan keyakinan. Di sana belum terbiasa dengan adzan atau ibadah shalat.

"Indonesia mayoritas beragama islam, dan bagaimana pandangan kamu jika dibandingkan dengan eropa yang cukup bebas?," tanya Mamat ke Ragnar, dikutip dari YouTube Soccer77, Rabu (5/3/2025).

"Sebenarnya tidak begitu sulit di Belanda. Namun kamu tidak akan sebebas yang diinginkan," jawab Ragnar Oratmangoe

"Sebab mereka orang Belanda sangat mudah mengjudge (menghakimi) orang lain, berbeda dengan saya Indonesia," jelas Wak Haji itu.

Latar Belakang Ragnar Oratmangoen 

Sebagaimana diketahui, Ragnar Oratmangoen merupakan pemain naturalisasi dan berstatus mualaf. Sosoknya dengan ciri khasnya yang ramah dan murah senyum.

Wak Haji ini mengaku menjalankan amalan sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

«تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ»

“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu” (Sahih, HR Tirmidzi no 1956). (dikutip dari laman NU online).

Bukan hanya itu, ternyata Back Timnas Indonesia itu berlatar belakang keluarga nasrani, tapi membuatnya tetap semangat untuk mempelajari Islam hingga putuskan mualaf. 

Dalam ceritanya, Wak Haji mengungkapkan alasan merasa lebih nyaman dan menyenangkan di Indonesia karena tingkat toleransi yang tinggi.

Sumber :

• Instagram/@0ratmangoen

Alasan Ragnar Oratmangoen Suka Indonesia 

Dalam ceritanya, Ragnar Oratmangoen mengaku kalau di Indonesia bisa bebas, dalam arti bisa kapanpun mendengar suara Adzan.