tvOnenews.com - Saat ini kalender hijriah telah memasuki bulan Rajab 1446 H. Maka artinya, dua bulan lagi umat Muslim akan menjalani puasa di bulan Ramadhan.
Namun, dalam salah satu hadis dikatakan bahwa Aisyah RA, istri Rasulullah SAW biasa menjadikan bulan syaban untuk membayar utang puasanya. Hal ini diceritakan oleh Abu Salamah dari Aisyah langsung:
كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ»، قَالَ يَحْيَى: الشُّغْلُ مِنَ النَّبِيِّ أَوْ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Saya mempunyai tanggungan utang puasa ramadhan. Saya tidak mampu mengqadhanya kecuali di bulan Syaban. Menurut Yahya, Aisyah mengqadha di bulan Syaban dikarenakan ia sibuk melayani Nabi Muhammad SAW,”
Akan tetapi, Rajab adalah salah satu bulan haram yang dimana puasa menjadi salah satu yang dianjurkan.
Lalu mana yang lebih baik, mengqadha atau bayar utang puasa di bulan Rajab atau Syaban? Berikut saran dari Ustaz Adi Hidayat (UAH).
Ustaz Adi Hidayat mengatakan bahwa mengqadha atau bayar utang puasa sifatnya wajib. Sehingga jika ada kesempatan harus dilakukan dengan cepat.
“Hukum meng-qadha itu sifatnya wajib, jadi begitu selesai Anda punya kemampuan meng-qadha langsung qadha,” saran UAH, dikutip tvOnenews.com pada Kamis (2/1/2024) dari ceramahnya yang diunggah di kanal YouTube Adi Hidayat Official.
Bahkan, setelah Ramadhan usai dimana umat Islam memasuki bulan Syawal, Ustaz Adi Hidayat menyaranan agar seorang Muslim lekas membayar utang puasanya.
Ustaz Adi Hidayat mengakui, bahwa terdapat dua pendapat ulama untuk persoalan tersebut. Berikut pendapat yang pertama adalah yang dianggap ketat.
“Pendapat pertama yang ketat, jika terjadi dua situasi antara yang punya kewajiban qadha atau seseorang yang harus mengganti hutang puasanya. Lalu bertemu di bulan Syawal ingin memilih antara Syawal dengan qadha nya yang wajib, maka pendapat ulama yang pertama dahulukan yang wajib,” jelas UAH.
“Pendapat yang kedua, maka boleh kemudian didahulukan puasa Syawal dulu, begitu tuntas Syawal baru kemudian dikerjakan selanjutnya puasa yang qadha nya,” ujar UAH.
Ustaz Adi Hidayat kemudian mengakui bahwa dirinya lebih condong dengan pendapat pertama. Hal ini karena hukum mengqadha sifatnya wajib sehingga jika ada kesempatan harus dilakukan dengan cepat.
“Dari kedua pendapat ini, saya lebih condong dengan pendapat yang pertama,” ucapnya.
Ustaz Adi Hidayat lalu mengatakan, meski masih panjang waktu mengqadha puasa, namun kita tidak bisa memastikan umur kita.
“Yang kedua, ini yang menjadi masalah. Ketika anda menunda untuk mengerjakan (qadha), masalahnya apakah anda bisa memastikan anda bisa hidup sampai batas penundaan itu?,” jelasnya.
Ustaz Adi Hidayat kemudian mengingatkan bahwa ada balasan surga bagi kalian yang tidak menunda taubat sebelum ajal menjemput.
“Dikisahkan pada zaman Nabi. Seorang pembunuh, pemabuk, ahli maksiat memutuskan untuk taubat. Saat ia jalan menuju majelis, Allah cabut nyawanya, dan jaminan surga baginya,” ucap UAH.
Ahli maksiat yang tidak menunda taubatnya saja, kata UAH akan mendapatkan surga. Apalagi seorang yang tidak menunda membayar hutangnya kepada Allah SWT.
“Jika ahli maksiat saja ingin berubah, Allah jamin dengan surga bagaimana dengan anda? Yang bukan ahli maksiat masa sih ga ada niat untuk berubah?,” tegas UAH.
Maka Ustaz Adi Hidayat mengingatkan bahwa qadha atau utang puasa harus dibayar. Namun bukan kapan Anda bisa membayar qadha baru membayarnya, akan tetapi secepatnya untuk membayar qadha.
“Qadha itu bukan bisa tapi harus. Jadi begitu masuk Syawal bayar dulu qadha anda,setelah selesai baru kemudian anda kerjakan bagian dari puasa sunnah Syawal jika masih ada waktu melaksanakannya,” jelas UAH.
Jika tidak ada kesempatan melaksanakan puasa di bulan Rajab atau bulan mulia lainnya, cukup mohon kepada Allah SWT. Hal ini karena bayar utang puasa harus diutamakan.
Itulah penjelasan dari Ustaz Adi Hidayat mengenai anjuran melakukan qadha atau utang puasa.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Wallahu'alam
(put)
Load more