Larangan serupa ini telah diberikan pula kepada Nabi Ibrahim A.S sewaktu dia memohon kepada Allah agar azab-Nya tidak ditimpakan kepada kaum Lut, sebagaimana disebut dalam firman-Nya:
يٰٓاِبْرٰهِيْمُ اَعْرِضْ عَنْ هٰذَا ۚاِنَّهٗ قَدْ جَاۤءَ اَمْرُ رَبِّكَۚ وَاِنَّهُمْ اٰتِيْهِمْ عَذَابٌ غَيْرُ مَرْدُوْدٍ
Wahai Ibrahim! Tinggalkanlah (perbincangan) ini, sungguh, ketetapan Tuhanmu telah datang, dan mereka itu akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak. (Q.S. Hud ayat 76)
Setelah setiap kaum musyrik dan kafir telah dihapuskan dari muka bumi dengan Banjir Besar, Allah SWT dengan kuasa-Nya lalu memerintahkan langit dan bumi untuk memulihkan diri seperti sedia kala.
Ketika kondisi sudah aman, Nabi Nuh beserta orang-orang terpilih itu lalu turun dari bahtera dan ia juga melepaskan hewan-hewan itu kembali ke alam bebas.
Pada saat ini tak ada satu jiwa musyrik pun di atas bumi. Kisah Nabi Nuh pun mencapai puncaknya dalam Al-Quranul Karim. Kisah Nabi Nuh ini mengajarkan umat manusia banyak hal tentang pentingnya menaati perintah Allah, baik itu perintah maupun larangan-Nya.
Demikianlah kisah Nabi Nuh dan peristiwa Banjir Besar seperti yang telah diceritakan dalam Al-Quran. Semoga kisah ini dapat diambil hikmahnya dan menambah keimanan setiap muslim.
Load more