Komat-Kamit Kantoran: Buku yang Bongkar Rahasia Drama Dunia Kerja di Ibukota
- Ist
tvOnenews.com - Bagi banyak orang, bekerja di kantor di ibukota terlihat gemerlap. Gedung-gedung tinggi, jas rapi, dan suasana profesional sering digambarkan sebagai simbol kesuksesan.
Namun di balik layar, ada cerita-cerita yang tak tertulis dalam laporan tahunan atau dibahas di ruang rapat. Dunia perkantoran menyimpan lika-liku yang penuh rasa lelah, tawa getir, dan obrolan diam-diam yang hanya dipahami oleh mereka yang mengalaminya.
Di Jakarta, kehidupan kantor bukan sekadar soal menyelesaikan target dan meraih promosi. Ada tekanan halus yang tidak tertulis dalam kontrak kerja, rapat panjang yang berujung tanpa keputusan, ide yang terhenti sebelum sempat berkembang, hingga sindiran tipis karena pulang tepat waktu.
Semua itu membentuk realitas unik yang jarang diangkat ke permukaan. Bagi sebagian karyawan, momen-momen kecil itu justru menjadi bagian paling melekat dalam perjalanan karier.
Di tengah hiruk pikuk ibukota, hadir seorang penulis yang memilih untuk mengabadikan sisi tak kasatmata dari rutinitas kerja. Ahmad Madu, seorang Subject Matter Expert Human Capital di TB Global Group, merilis buku terbarunya bertajuk Komat-Kamit Kantoran.
Alih-alih menyajikan motivasi berapi-api atau kisah heroik meraih sukses, ia justru menyorot “ruang-ruang diam” yang sering diabaikan.
“Buku ini bukan untuk memotivasi agar orang ‘lebih kuat’ atau ‘lebih lagi’. Justru sebaliknya, saya ingin pembaca merasa cukup, merasa dipahami, dan tahu bahwa mereka tidak sendirian,” ujar Ahmad Madu.
Potret Jujur Kehidupan Kantor
Buku Komat-Kamit Kantoran lahir dari pengamatan dan pengalaman langsung Ahmad Madu selama berinteraksi dengan beragam karakter di dunia kerja.
Ia merekam momen-momen yang terlalu biasa untuk jadi berita, tetapi terlalu mengganjal untuk diabaikan: mulai dari karyawan yang dicibir karena pulang on time, status WhatsApp yang menyiratkan penolakan ide, hingga obrolan ringan di lorong kantor yang sarat makna.
“Semua itu saya kumpulkan dari ruang-ruang diam di perkantoran. Cerita yang hanya berani kita bisikkan sambil berjalan ke pantry atau saat membuka chat kerjaan di malam hari,” jelas Ahmad Madu.
Baginya, buku ini adalah sahabat bagi para pekerja kantoran, tempat mereka bisa menemukan potongan kisah yang seolah berbicara langsung pada diri sendiri.
Melalui gaya bertutur yang ringan namun tajam, Ahmad Madu ingin pembaca tersenyum, mengangguk, atau bahkan tertawa getir ketika menemukan diri mereka di dalam cerita.
- Ist
“Lelah mereka valid, perasaan mereka penting, dan mereka tidak sendirian menghadapi dinamika kantor yang kadang penuh drama tak terlihat,” ujarnya.
Salah satu kutipan yang menjadi sorotan adalah, “Pulang on time itu disiplin. Bukan dosa.” Pesan sederhana ini mencerminkan gagasan bahwa keseimbangan hidup sama berharganya dengan pencapaian kerja.
Ahmad menegaskan, “Buku ini diperuntukkan bagi kamu yang sering merasa capek tanpa alasan jelas, sering menahan kata ‘tidak’ padahal ingin, atau merasa ada hal-hal yang tidak pernah masuk laporan kerja tapi tetap membebanimu, buku ini untuk kamu.”
Dengan Komat-Kamit Kantoran, Ahmad Madu bukan hanya menghadirkan kumpulan cerita pendek, tapi juga cermin bagi jutaan pekerja yang selama ini memendam “komat-kamit” di balik senyum profesional mereka. (udn)
Load more