Mentadabburi Petra, Kota Kuno yang Canggih dari Abad ke-4 Sebelum Masehi
- Ammar Ramzi
Kota Petra juga dilengkapi dengan bermacam ruang publik tempat pertunjukan, makam raja, hingga tempat-tempat persembahan.
Petra tidak hanya menghidupi warga Nabatean, lokasinya yang berada di jalur perdagangan kuno tersibuk antara Laut Merah dan Laut Mati membuat Petra disinggahi banyak pedagang.
Mereka rela membayar tempat berteduh dan air di tengah jalur dagang padang pasir itu.
Petra juga terletak di rute antara tanah Arab dan Afrika (Mesir), maka tidak heran jika Petra begitu maju.
“Petra menjadi kaya dan makmur pada masanya,” tulis Rossie Lesso di laman The Collector dikutip dari National Geographic Indonesia.
Semua itu memang sulit dibayangkan apabila melihat Petra saat ini. Sebuah gempa bumi besar pada akhir abad ke-4 membuat hampir seluruh kota Petra hilang.
Setelah itu, Petra mulai ditinggalkan oleh penduduknya dan perlahan kota yang makmur terlupakan.
Hingga saat ini hanya sekitar 15 persen dari kota Petra yang telah ditemukan dan dapat dinikmati turis. Sisa kota diyakini masih terkubur di bawah gundukan tanah.
Para sejarawan memperkirakan ukuran kota Petra seluas sekitar 160 km persegi atau empat kali lebih besar dari Manhattan.
Salah satu bangunan kota Petra yang paling mengagumkan saat ini adalah kuil Treasury. Kuil yang juga dipercaya sekaligus sebagai tempat makam para petinggi Nabatean.
- Ammar Ramzi
Teriknya matahari tidak menyurutkan semangat jemaah Elharamain Wisata untuk mentadabburi salah satu tujuh keajaiban dunia ini.
Tour leader Umroh plus Aqsa Elharamain Wisata 2024 Ustaz Dr Abdul Kadir meyakini orang-orang Nabatean di Petra ini merupakan cikal bakal kaum Nabi Saleh Tsamud yang jejaknya juga ditemukan di Madain Saleh, Al-Hijr, Arab Saudi.
“Kaum Tsamud awalnya mengidam-idamkan seorang pemimpin, lalu diutuslah kepada mereka seorang nabiyullah, Nabi Saleh,” katanya.
Awalnya kaum Tsamud gembira dan senang kini memiliki seorang pemimpin, tapi ketika Nabi Saleh mengajak mereka untuk beriman kepada Allah di sinilah mereka mengingkari.
“Mereka tidak menerima karena dianggap ingin merubah agama nenek moyang. Lalu mereka menantang Nabi Saleh untuk menurunkan mukjizat agar mereka bisa beriman kepada Allah,” jelas Ustaz Dr Abdul Kadir.
Load more